[1] Lihat: Amin Abdullah, Islam dan Media: Antara Realitas Tekstual dan Realitas Virtual dalam Konteks Technoculture, dalam buku, Hendri Wijayatsih, dkk (ed.), Memahami Kebenaran yang Lain Sebagai Upaya Pembaharuan Hidup Bersama, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen (UKDW), 2010), hlm. 372.

[2] Ibid, hlm, 366.

[3] Ibid, hlm. 360-361.

[4] Lihat, Ibid, hlm. 366-367.

[5] Lihat: Ibid,  hlm. 365.

[6] Fred Wibowo, Agama dan Komersialisasi Media, (Jurnal Retorika No. 2, TH. 1, Januari-April 2002), hlm. 20.

[7] Istilah spiritual chaos atau chaospirituality ini disebut oleh Erich Fromm (via Idy Subandi Ibrahim) sebagai pengalaman dan kesadaran manusia yang telah mengalami pergeseran yang mendasar, bahkan saling berkontardiksi dengan nilai dan dasar ajaran keberagamaan itu sendiri. Suatu kegilaan serupa ‘schizophrenia‘ di mana hubungan dengan realitas batin telah sirna dan pemikiran manusia telah terpisah dari afeksi dan perasaannya. Hal ini semakin diperparah dengan pertumbuhan masyarakat konsumer dengan segala kontradiksi budaya yang dikandungnnya. Lihat, Idy Subandi Ibrahim, Chaospirituality di Taman Kontemplasi Batin: Refleksi atas Fenomena Spiritualitas Akhir-akhir ini, dalam buku, Alfathri Adlin (ed.), Spiritualitas dan realitas kebudayaan kontemporer, (Yogyakarta: Jalasutra, 2007), hlm. 156-157.

Okta Firmansyah

Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *