Bongak

Lia Eeruk: Ritual Tolak Bala Tradisi Suku Mentawai

Suku Mentawai merupakan masyarakat yang mendiami Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, Indonesia. Suku ini dikenal dengan kekayaan tradisi dan budaya yang mengakar pada harmoni dengan alam. Salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat suku Mentawai adalah ritual Lia Eeruk. Ritual ini merupakan upacara tolak bala yang dilakukan untuk mengatasi gangguan atau fenomena tak biasa yang dianggap sebagai pertanda buruk. Dalam pandangan suku Mentawai, kejadian di luar kebiasaan, seperti kemunculan binatang liar di rumah atau kematian yang tidak wajar, dipandang sebagai ancaman yang harus diatasi dengan ritual untuk memulihkan keseimbangan antara dunia manusia dan alam spiritual.

Secara spiritual, pelaksanaan ritual Lia Eeruk merupakan cerminan dari kepercayaan mendalam suku Mentawai terhadap kekuatan gaib dan leluhur. Ritual ini melibatkan peran penting Sikerei, pemimpin spiritual suku yang memiliki kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan dunia roh. Sikerei bukan hanya seorang pemimpin ritual, tetapi juga penjaga tradisi dan penafsir simbol-simbol spiritual. Dengan pengetahuan yang mendalam tentang dunia gaib dan praktik adat, Sikerei memegang peranan penting dalam memastikan bahwa setiap ritual, termasuk Lia Eeruk, dilaksanakan dengan cara yang benar dan efektif dalam menyelaraskan hubungan antara manusia dan kekuatan supranatural.

Pelaksanaan ritual Lia Eeruk melibatkan berbagai elemen simbolis dan ritualistik. Dalam upacara ini, Sikerei akan pergi ke hutan untuk mengumpulkan beberapa jenis tumbuhan-tumbuhan tertentu yang memiliki manfaat tersendiri dalam ritual. Tumbuhan ini nantinya digunakan sebagai bagian dari prosesi untuk membersihkan tempat dari energi negatif. Selain itu, dalam ritual Lia Eeruk juga dilakukan penyembelihan hewan, seperti babi atau ayam. Penyembelihan ini dilakukan sebagai persembahan kepada roh-roh leluhur dan untuk mengusir gangguan yang dianggap datang dari kekuatan jahat. Selama ritual, Sikerei juga membacakan doa-doa khusus yang hanya diketahui oleh para Sikerei. Doa-doa ini dibacaan untuk memanggil bantuan roh leluhur dan memohon perlindungan serta kesejahteraan bagi komunitas. Doa-doa ini juga menjadi unsur terpenting dari praktik spiritual yang menyatukan elemen-elemen ritual dalam upaya menciptakan keseimbangan dan harmoni.

Secara sakral, Lia Eeruk dilaksanakan ketika muncul keanehan di luar nalar, seperti masuknya hewan buas ke dalam rumah atau kejadian aneh lainnya. Tujuan ritual ini adalah untuk membersihkan diri dari gangguan dan memitigasi hal-hal yang tidak diinginkan, serta menjadi sarana tolak bala bagi seluruh anggota suku. Biasanya, ritual ini diadakan di Uma, rumah besar suku yang merupakan pusat kehidupan komunitas. Namun, dalam kasus tertentu, seperti di Desa Matotonan di Pulau Siberut Mentawai baru-baru ini, ritual tersebut harus dilakukan di balai desa karena kondisi Uma yang tidak memungkinkan. Meski demikian, prosesi adat tetap dilaksanakan dengan khidmat, termasuk pembuatan bakkat katcaila yang disesuaikan dengan situasi dan penobatan tuan baru non-Sikerei sebagai ketua Uma selama pesta berlangsung.

Dengan melestarikan tradisi Lia Eeruk, suku-suku di Mentawai berupaya mempertahankan keseimbangan antara alam dan spiritualitas mereka, serta melestarikan warisan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur dari generasi ke generasi. Ritual ini bukan sekadar prosesi adat, tetapi juga cerminan dari kedalaman kepercayaan dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Mentawai. Sebagai sebuah kearifan lokal, Lia Eeruk berperan penting dalam menjaga identitas dan keharmonisan komunitas Mentawai, dan oleh karena itu, budaya ini harus dilestarikan agar tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

Anne Pratiwi

Dosen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *