Sudahkah Anda menonton film The Young Karl Marx? Film ini karya aktivis politik, Haiti Raoul Peck, yang rilis dan ditampilkan dalam festival film Berlin pada tahun 2017. Film ini menampilkan latar belakang dan konteks hidup Karl Marx (1818-1883) pada abad ke 19 yang bersahabat dengan Friedrich Engels, anak pengusaha tekstil di jaman itu. Film ini memperlihatkan sisi ideologi humanisme radikal Karl Marx sebagai faktor utama kelahiran filsafat pemikiran dialektika materialismenya yang mengkritik kaum filsafat idealis yang sekadar menafsirkan dunia dan memajukan pemikiran materialisme Feuerbach. Kata Marx dalam Tesis-tesis tentang Feuerbach, “Para ahli filsafat hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; padahal yang terpenting ialah mengubahnya.”
Karl Marx melihat ide-ide filsafat idealis terlalu abstrak dan tidak bisa meyentuh problem kelas pekerja, apalagi menggerakkan mereka. Ketika Marx bergaul dengan para pemikir dan pekerja di Inggris dan Prancis, Marx menjadi yakin dengan pemikiran dialeketika materialismenya yang berkaitan dengan upaya filosofis kelas pekerja untuk keluar dari penindasan abadi di mana pun.
Tentu perspektif Karl Marx tentang penindasan kaum borjuis dan alienasi kelas proletar sangat sederhana, meyakinkan, mewarnai perdebatan akademik serta memprovokasi gerakan-gerakan politik dan sosial hingga detik ini. Marx secara prinsipil mengkritik watak zaman kita yang eksploitatif.
Filsafat sejarah Karl Marx menjadi titik awal pemikiran segala macam aliran kiri. Tulisan kecil ini sekadar pengantar kecil dan tak akan mengurai perdebatan kompleks dan atau kritik balik atas pikiran Marx yang jumlahnya sama dengan pengikut mazhabnya. Marx sangat percaya bahwa dialektika sejarah digerakkan secara mutlak oleh corak produksi yang berorientasi ekonomi. Corak produksi terdiri dari dua hal, yaitu pertama, soal basis ekonomi, dan kedua, soal suprastruktur ideologis.
Karl Marx berteori bahwa basis ekonomi yang paling penting dan mempengaruhi suprastruktur ideologis dalam setiap dinamika sejarah peradaban manusia. Maka supremasi basis ekonomi akan selalu terkait dengan relasi kelas dan faktor produksi. Sementara itu, suprastruktur terkait dengan politik, budaya dan ide-ide, sesungguhnya hanya merefleksikan realitas ekonomi.
Marx menyebut zaman saat ini sebagai zaman kapitalistik yang akarnya bisa dilacak pada kapitalisme agraria di Eropa. Kapitalisme lahir seiring modernisasi-industrialisasi di Eropa pasca abad feodal-pertengahan yang membawa ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologis.
Zaman kapitalis, kata Marx, harus dilihat pertama-tama dari perspektif ekonomi yang melahirkan dua kelas yang disebut sebagai kelas borjuis dan kelas proletar. Kedua kelas ini berbeda kepentingan, prinsip, ideologi, sehingga terlibat konflik selamanya. Kelas Borjuis adalah mereka yang memiliki modal, perusahaan, pabrik, toko, duit, dsb. Sedang proletar adalah para pekerja yang bekerja untuk menciptakan barang atau produk. Kelas borjuis, karena menguasai ekonomi, maka secara otomatis pula memiliki kekuasaan politik.
Kelas borjuis yang mewakili watak sistem kapitalis terutama dikendalikan nafsu keuntungan atau nilai tukar (exchange value) ketimbang nilai guna (use value). Yang paling mungkin dihisap oleh mereka adalah proletar-proletar yang dipekerjakan oleh mereka untuk memproduksi barang. Mekanismenya, mereka mengupah para proletar itu dengan murah dan jauh dari harga barang yang mereka produksi. Ini biasanya dikenal dengan istilah pencurian nilai lebih (surplus value). Di titik inilah kezaliman terjadi dan dibahas oleh Marx dalam The Labor Theory of Value.
Mengapa? Karena para borjuis ini melakukan kezaliman tersebut dengan kepintaran, kesadaran, dan kekuasaan yang mereka miliki secara terorganisir. Pada saat yang sama, para borjuis selalu punya pilihan andai mereka manusia sejati. Para proletar di seluruh dunia hampir semuanya berada dalam lingkaran borjuis pencuri nilai lebih. Para proletar sesungguhnya hampir mustahil dibayar secara layak. Bandingkan dengan gaji buruh pabrik dengan pendapatan kelas menengah di Wall Street atau CEO hebat di mana saja. Atau antara pendapatan kuli panggul pelabuhan Tanjung Priuk dengan Komisaris BUMN.
Prinsip-prinsip pembayaran upah atas proletar inilah, yaitu pencurian nilai lebih, yang memungkinkan para borjuis melipatgandakan keuntungan hingga level yang sangat gila, yang melahirkan orang-orang terkaya di dunia atau negara-negara terkaya. Atas dasar kezaliman sistemik inilah, kesadaran politik kelas harus selalu disemai untuk melawan praktek eksplotasi-borjuasi. Perjuangan ini telah melewati fase-fase penting yang makin intensif di sepanjang abad ke-20 dan 21 di berbagai belahan dunia. Kekuatan besar kapitalis selalu ditopang oleh aktor-aktor besar di mana ia berada: negara, pasar-bisnis, dan militer. Sedang kekuatan anti kapitalis bersandar kepada solidaritas politik massa rakyat. Solidaritas ini bersandar pada Marxisme sebagai teori dan praksis, yaitu gerakan politik untuk melawan sistem kapitalistik yang berwatak eksploitatif di mana saja.
Alhasil, pilihan sejarah harus dilakukan oleh siapa pun untuk melawan relasi kelas yang timpang dan tidak realistis ini, yang tentu saja didukung oleh elit-elit politik borjuis korup dan koersif. Dalam pandangan pemikir-pemikir Marxist mutakhir, misalnya Ellen Meiksins Woods (1942–2016), solidaritas politik kaum kiri harus bisa menawarkan sosialisme yang lebih realistis dan humanis daripada kapitalisme yang sekadar mengejar profit.
Solidaritas gerakan sosial politik harus dibangun kembali. Harus ada upaya dari atas dan bawah sebagai strategi politik melemahkan dan menjinakkan pilar-pilar sistem yang kapitalistik-eksploitatif. Juga, membangun solidaritas proletar pada level akar rumput dan gerakan politik menaiki kekuasaan strategis untuk terlibat langsung merancang kebijakan yang tidak eksploitatif.
Karl Marx secara filsafat dan praksis politik membela semua kaum pekerja yang tertindas sejak abad ke-19 hingga era industri 4.0. Kaum pekerja itu adalah kita hari ini. Mari bergerak dan bersolidaritas dari posisi masing-masing di era industri 4.0. ini. Zaman yang semakin penuh dengan kegilaaan kaum borjuis dan sarat dengan ketimpangan kapitalisme.