Bongak

Pentingnya Sastra dalam Pendidikan Modern

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, pendidikan modern sering kali berfokus pada mata pelajaran STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan. Namun, di tengah perhatian besar terhadap teknologi dan inovasi, sastra sering kali dianggap kurang relevan. Padahal, sastra memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk manusia yang berpikir kritis, empatik, dan memiliki wawasan luas.

Sastra adalah karya tulis yang memiliki nilai estetika, budaya, dan intelektual. Sastra mencakup berbagai bentuk seperti puisi, novel, cerpen, drama, dan esai. Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, nilai-nilai, dan pengalaman manusia dari berbagai perspektif. Dalam konteks pendidikan, sastra berfungsi sebagai media pembelajaran yang mampu menggali aspek emosional, sosial, dan intelektual siswa, sehingga membantu mereka memahami dunia dan diri mereka sendiri dengan lebih baik.

Sastra sering kali memuat cerita yang kompleks, konflik, dan dilema moral yang menantang pembaca untuk berpikir lebih dalam. Dengan membaca karya sastra, siswa belajar menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan informasi. Sastra memungkinkan siswa untuk melihat dunia melalui perspektif orang lain. Dengan membaca cerita dari berbagai budaya dan latar belakang, mereka belajar memahami perasaan, pemikiran, dan pengalaman orang lain. Contohnya membaca cerita dari penulis seperti Pramoedya Ananta Toer yang membantu siswa memahami realitas sosial dan budaya yang berbeda dari pengalaman mereka sendiri. Membaca sastra juga memperkaya kosa kata, meningkatkan pemahaman tata bahasa, dan memperbaiki kemampuan menulis siswa. Karya sastra juga mengajarkan cara menyampaikan ide secara efektif dan kreatif, yang sangat penting di era komunikasi global.

Sastra sering kali mengandung pesan moral yang membantu siswa memahami nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, dan kerja sama. Cerita-cerita seperti Si Kancil atau Mahabarata mengajarkan pelajaran berharga yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sastra bahkan membawa pembaca ke dunia yang penuh imajinasi dan kemungkinan. Ini mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide baru, keterampilan yang sangat berharga di dunia modern yang terus berkembang. Dalam era globalisasi, sastra membantu siswa memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Membaca sastra lokal seperti karya Nh. Dini, Taufiq Ismail, atau R.A. Kartini membantu siswa merasa lebih dekat dengan identitas mereka sendiri.

Sastra memberikan banyak manfaat yang relevan dengan kebutuhan pendidikan modern. Membaca sastra dapat menjadi pelarian yang sehat dari stres kehidupan sehari-hari. Cerita-cerita yang menginspirasi atau menghibur dapat membantu siswa merasa lebih tenang dan termotivasi. Cerita dalam sastra sering kali menampilkan konflik yang memerlukan solusi. Dengan menganalisis bagaimana tokoh dalam cerita mengatasi masalah, siswa dapat belajar keterampilan pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Membaca dan mendiskusikan sastra di kelas membantu siswa belajar bekerja sama, mendengarkan sudut pandang lain, dan berbagi ide. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat penting di dunia kerja modern. Sastra mengajarkan siswa untuk bertanya, mengeksplorasi, dan mencari makna di balik kata-kata. Ini membantu mereka menjadi pembelajar seumur hidup yang selalu ingin tahu tentang dunia.

Dalam rangka memaksimalkan peran Sastra dalam Pendidikan Modern, serta memanfaatkan potensi sastra secara maksimal, pendidik perlu menemukan cara kreatif untuk mengintegrasikannya ke dalam kurikulum. Beberapa ide dapat digunakan untuk mewujudkan hal tersebut. Ide yang pertama yaitu, guru dapat memilih karya sastra yang memiliki tema atau karakter yang relevan dengan kehidupan siswa. Misalnya, cerita tentang persahabatan atau keberanian dapat membantu siswa merasa lebih terhubung dengan materi. Yang kedua, aplikasi dan platform di era digital seperti audiobooks, e-books, dan video interaktif dapat digunakan untuk membuat pembelajaran sastra lebih menarik.

Ide yang ketiga yaitu, mengaitkan Sastra dengan Mata Pelajaran Lain. Sastra dapat diintegrasikan dengan sejarah, sosiologi, atau seni untuk memberikan pemahaman yang lebih luas tentang konteks cerita.Ide yang keempat yaitu, mendorong Kegiatan Kreatif. Siswa dapat diminta untuk menulis ulang cerita dari sudut pandang karakter lain, membuat ilustrasi, atau bahkan menciptakan drama berdasarkan cerita yang mereka baca. Yang terakhir yaitu, membuka Diskusi tentang Isu-Isu Sosial. Karya sastra sering kali mencerminkan isu-isu sosial yang relevan. Diskusi tentang tema-tema ini dapat membantu siswa memahami dunia mereka dengan lebih baik.

Meskipun manfaatnya besar, terdapat beberapa tantangan dalam mengajarkan sastra. Tantangan tersebut antara lain, persepsi bahwa sastra tidak relevan. Beberapa siswa atau orang tua mungkin merasa bahwa sastra tidak sepraktis mata pelajaran lain seperti matematika atau sains. Kemudian kurangnya waktu dalam pelaksanaan kurikulum. Dengan begitu banyak mata pelajaran yang harus diajarkan, guru mungkin merasa sulit menemukan waktu untuk mendalami karya sastra. Selanjutnya, kesulitan memilih karya sastra yang tepat. Tidak semua karya sastra cocok untuk semua siswa. Guru perlu memilih cerita yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan minat siswa.

Berdasarkan tantangan tersebut, diperlukan perhatian serius agar sastra sebagai bagian penting dari pendidikan modern tidak lagi diabaikan. Hal ini diupayakan agar ddapat mewujudkan siswa yang dapat belajar berpikir kritis, memahami perasaan orang lain, dan menghargai keindahan Bahasa melelui sastra. Sastra juga membantu membangun karakter yang kuat dan menanamkan nilai-nilai yang relevan di dunia yang semakin kompleks. Pendidikan modern tidak boleh hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pembentukan manusia seutuhnya. Dengan mengintegrasikan sastra ke dalam kurikulum, kita dapat membantu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudaya, berempati, dan berkarakter. Sastra, dengan segala keindahannya, akan selalu relevan di tengah perubahan zaman.

Fakhria Nesa

Dosen Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *