Akhir Desember 2019, Vidi Aldiano, seorang penyanyi muda Indonesia, mengejutkan publik dengan pengumuman bahwa ia didiagnosis menderita kanker ginjal stadium 3. Setelah menjalani operasi pengangkatan ginjal kirinya di Singapura, Vidi memilih imunoterapi sebagai metode pengobatannya. Pilihan ini mencerminkan berkembangnya pengobatan kanker yang tidak hanya mengandalkan metode tradisional seperti kemoterapi dan radiasi, tetapi juga mulai berfokus pada pendekatan yang lebih mutakhir dan personal.
Mengapa Kanker Ginjal Sering Terlambat Didiagnosis?
Kanker ginjal sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, membuat deteksi dini menjadi sulit. Banyak pasien baru terdiagnosis saat penyakitnya sudah memasuki stadium lanjut, ketika opsi pengobatan menjadi lebih terbatas. Menurut penelitian di India yang melibatkan 235 pasien selama delapan tahun, 48% pasien kanker ginjal datang dengan keluhan kencing darah, 31,9% mengalami nyeri panggul, dan hanya 14,5% mengalami masalah di area panggul. Gejala-gejala ini sering kali dianggap sebagai masalah kesehatan lain, sehingga banyak pasien tidak segera menyadari mereka menderita kanker.
Situasi ini serupa di Indonesia. Menurut data terbaru dari Global Cancer Observatory, pada tahun 2022, terdapat 2.112 kasus baru kanker ginjal di Indonesia, dan 1.225 orang meninggal akibat penyakit ini. Kanker ginjal menjadi salah satu jenis kanker yang cukup signifikan, meskipun jumlahnya tidak sebanyak kanker lain seperti kanker paru-paru atau payudara. Prevalensinya mencapai 9 per 100.000 orang. Data ini menunjukkan bahwa deteksi dini dan kesadaran akan faktor risiko sangat penting untuk meningkatkan peluang hidup pasien.
Bagaimana Imunoterapi Bekerja?
Setelah operasi pengangkatan ginjal, Vidi memilih imunoterapi sebagai pengobatannya, mengikuti tren terbaru dalam pengobatan kanker. Imunoterapi bekerja dengan membantu sistem kekebalan tubuh kita agar lebih efektif dalam melawan kanker. Pada dasarnya, sistem kekebalan bertugas melindungi tubuh dari hal-hal berbahaya seperti infeksi dan sel-sel abnormal, termasuk sel kanker. Namun, sel kanker punya cara untuk “bersembunyi” sehingga tidak diserang oleh sistem kekebalan tubuh. Imunoterapi bertujuan untuk membuat sel kanker ini lebih terlihat oleh sistem kekebalan, sehingga bisa dihancurkan.
Salah satu cara kerja imunoterapi adalah dengan menggunakan terapi antibodi monoklonal. Ini adalah metode di mana para ilmuwan menciptakan antibodi buatan di laboratorium. Antibodi ini dibuat khusus untuk menempel pada protein yang ada di permukaan sel kanker. Setelah antibodi ini menempel pada sel kanker, sistem kekebalan tubuh akan lebih mudah mengenali dan menghancurkannya.
Selain itu, ada juga jenis imunoterapi lain yang dikenal sebagai penghambat pos pemeriksaan imun (immune checkpoint inhibitors). Biasanya, sel kanker bisa mengirim sinyal yang membuat sistem kekebalan tubuh kita “berhenti” menyerang mereka, seolah-olah mereka adalah bagian dari tubuh yang normal. Obat-obatan seperti Pembrolizumab dan Nivolumab bekerja dengan memblokir sinyal ini, sehingga sistem kekebalan bisa terus menyerang dan menghancurkan sel kanker. Obat-obatan ini telah memberikan hasil yang sangat baik pada berbagai jenis kanker, termasuk kanker ginjal.
Imunoterapi untuk Kanker Ginjal: Tantangan dan Harapan
Imunoterapi menawarkan harapan baru bagi pasien kanker ginjal, terutama pada stadium lanjut. Vidi Aldiano adalah salah satu contohnya, di mana ia memilih metode ini untuk pengobatannya. Imunoterapi tidak hanya efektif dalam mengurangi ukuran tumor, tetapi juga dapat memberikan respons jangka panjang, berbeda dengan kemoterapi yang memerlukan siklus pengobatan berulang. Dalam beberapa kasus, pasien yang merespons imunoterapi dapat mengalami remisi jangka panjang, bahkan setelah terapi dihentikan.
Namun, tantangan tetap ada. Tidak semua pasien merespons imunoterapi dengan baik. Respons terhadap terapi ini bervariasi antar individu, tergantung pada karakteristik tumor dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan hasil yang luar biasa, dengan tumor yang menyusut atau bahkan hilang sama sekali, sementara yang lain tidak merespons sama sekali. Peneliti terus bekerja untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi respons ini, termasuk menggunakan biomarker untuk memprediksi pasien mana yang akan merespons pengobatan ini dengan baik.
Selain itu, biaya imunoterapi masih menjadi tantangan besar. Seperti yang dialami Vidi, pengobatan imunoterapi sering kali memerlukan biaya yang sangat besar, terutama jika dilakukan di luar negeri. Hal ini menjadi kendala bagi banyak pasien di negara berkembang, di mana akses terhadap terapi ini terbatas. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari pihak terkait untuk memastikan bahwa imunoterapi dapat diakses lebih luas oleh pasien dengan harga yang lebih terjangkau.
Kapan Imunoterapi Menjadi Pilihan yang Tepat?
Imunoterapi tidak selalu menjadi opsi pertama dalam pengobatan kanker ginjal. Biasanya, pasien yang berada pada stadium lanjut, di mana kanker sudah menyebar ke organ lain, akan lebih mungkin direkomendasikan untuk menjalani imunoterapi. Dalam beberapa kasus, imunoterapi dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti kemoterapi atau terapi radiasi untuk meningkatkan efektivitasnya. Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk menemukan kombinasi yang paling efektif dalam mengobati kanker ginjal dan jenis kanker lainnya.
Imunoterapi telah membawa harapan baru dalam pengobatan kanker ginjal, terutama bagi pasien yang didiagnosis pada stadium lanjut. Dengan terus berkembangnya pemahaman tentang cara kerja sistem kekebalan tubuh melawan kanker, serta kemajuan dalam teknologi medis, imunoterapi semakin dipandang sebagai salah satu pengobatan yang paling efektif dan aman. Namun, tantangan dalam aksesibilitas dan variasi respons pasien harus terus diatasi agar lebih banyak orang dapat merasakan manfaat dari pengobatan revolusioner ini.
Bagi pasien seperti Vidi Aldiano, imunoterapi menawarkan secercah harapan di tengah tantangan besar yang dihadapi dalam perjalanan melawan kanker ginjal. Dengan terus mendukung riset dan inovasi dalam bidang ini, kita bisa berharap bahwa semakin banyak pasien yang akan mendapatkan kesempatan untuk sembuh dan menjalani hidup yang lebih baik.