Di tengah dunia yang sedang berjuang menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19, pentingnya imunisasi rutin, khususnya pada anak-anak, tidak dapat diabaikan begitu saja. Di antara sekian banyak penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, polio merupakan target penting dalam upaya imunisasi. Polio, infeksi virus yang sangat menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian, terutama menyerang anak-anak kecil. Dalam menghadapi kejadian luar biasa yang tercatat, mempertahankan dan meningkatkan program imunisasi polio sangat penting untuk mencegah munculnya kembali penyakit yang melemahkan ini.
Anak-anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun, merupakan penerima manfaat utama dari upaya imunisasi polio. Memvaksinasi anak-anak terhadap polio tidak hanya melindungi mereka secara individu tetapi juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas untuk memberantas polio secara global. Dengan memastikan cakupan vaksinasi yang tinggi di antara anak-anak, masyarakat dapat membangun perisai kekebalan kelompok yang mencegah penyebaran virus polio.
Meskipun vaksin polio terbukti efektif, masih ada tantangan dalam memastikan cakupan imunisasi universal. Faktor-faktor seperti misinformasi, keraguan terhadap vaksin, dan gangguan dalam layanan kesehatan, yang diperburuk oleh pandemi COVID-19, menimbulkan hambatan signifikan untuk mencapai tingkat vaksinasi yang optimal. Mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan yang menggabungkan keterlibatan masyarakat, intervensi yang ditargetkan, dan infrastruktur layanan kesehatan yang kuat.
Vaksin bekerja sesuai proses alamiah sistem kekebalan tubuh. Jadi natural sebenarnya. Vaksin telah melalui 3 tahap uji klinis sebelum dirilis ke masyarakat. Harus dinyatakan aman sebelum bisa digunakan sehingga hanya akan bisa lolos uji klinis 3 tahap apabila dinyatakan aman. Risiko efek samping ada, tetapi sangat jarang efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat (https://t.ly/KkO1t )
Imunisasi polio di Indonesia diberikan kepada anak-anak sejak lahir hingga usia lima tahun, mengikuti panduan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Prosesnya dimulai dengan pemberian dosis pertama yang dikenal sebagai OPV 0, yang diberikan secara oral kepada bayi segera setelah lahir, idealnya dalam 24 jam pertama. Dosis ini bertujuan memberikan perlindungan awal terhadap virus polio. Selanjutnya, pada usia dua bulan, anak akan menerima dua jenis vaksin: OPV 1 yang diberikan secara oral, dan IPV 1 (Inactivated Polio Vaccine) yang disuntikkan. IPV membantu memperkuat kekebalan tubuh terhadap semua tipe virus polio. Pada usia tiga bulan, anak kembali menerima OPV 2 secara oral untuk melanjutkan perlindungan, dan pada usia empat bulan, OPV 3 dan IPV 2 diberikan untuk melengkapi rangkaian imunisasi dasar polio.
Setelah itu, dosis tambahan atau booster biasanya diberikan pada usia 18 bulan dan saat anak memasuki usia sekolah dasar, yaitu sekitar usia lima tahun. Booster ini bertujuan untuk memastikan kekebalan tubuh anak tetap tinggi dan memberikan perlindungan tambahan terhadap risiko penularan polio. Selain imunisasi rutin, pemerintah juga menyelenggarakan kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN), yaitu program imunisasi massal yang ditujukan untuk mencapai cakupan yang lebih luas. Program ini diadakan sesuai dengan kebutuhan, terutama jika ada peningkatan risiko penularan polio di suatu wilayah, dan menargetkan semua anak di bawah usia tujuh tahun, terlepas dari status imunisasi mereka sebelumnya.
Proses pemberian imunisasi polio dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan seperti posyandu, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, serta dilayani oleh petugas kesehatan yang terlatih. Setelah vaksin diberikan, anak akan dipantau untuk memastikan tidak ada reaksi serius, meskipun efek samping ringan yang biasanya akan hilang dengan sendirinya.
Imunisasi polio bukan hanya tentang melindungi anak-anak secara individu; tetapi juga tentang melindungi seluruh masyarakat dan generasi mendatang. Dengan memberantas polio melalui upaya imunisasi yang komprehensif, kita dapat menghilangkan ancaman penyakit ini untuk selamanya. Keberhasilan inisiatif pemberantasan polio global bergantung pada komitmen bersama untuk memastikan bahwa setiap anak menerima vaksin yang diperlukan agar tetap sehat dan tumbuh kembangnya.
Keterlibatan masyarakat merupakan landasan keberhasilan program imunisasi polio. Dengan menumbuhkan kepercayaan, mengatasi masalah, dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya vaksinasi, masyarakat dapat memainkan peran penting dalam mendorong penerimaan imunisasi. Memberdayakan orang tua, pengasuh, dan pemimpin lokal untuk mengadvokasi imunisasi dapat membantu menjembatani kesenjangan dalam cakupan dan memastikan bahwa setiap anak terlindungi dari polio.
Imunisasi polio pada anak merupakan komponen penting dari upaya kesehatan masyarakat untuk memerangi penyakit menular. Dengan memprioritaskan vaksinasi, mengatasi hambatan imunisasi, dan mendorong dukungan masyarakat, kita dapat bergerak lebih dekat menuju dunia yang bebas polio. Saat kita menavigasi kompleksitas lanskap kesehatan saat ini, mari kita tegaskan kembali komitmen kita untuk melindungi yang paling rentan di antara kita melalui program imunisasi yang kuat. Dengan mengikuti alur pemberian vaksin yang telah ditetapkan, orang tua dapat memastikan bahwa anak-anak mereka terlindungi dengan baik, serta membantu menjaga Indonesia tetap bebas polio.