Engkol

Bijak Bersosial Media dan Sehat Jiwa di Era Digital: Membangun Generasi Cerdas dan Tangguh

Saat ini, kita hidup di era digital yang memungkinkan remaja terhubung dengan dunia hanya melalui sentuhan layar. Menurut data Pew Research Center, pada tahun 2023, sekitar 95% remaja di Amerika Serikat memiliki akses ke smartphone, dan 45% dari mereka mengaku selalu online. Fakta ini menunjukkan bahwa teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Namun, di balik kemudahan akses ini, terdapat risiko besar seperti cyberbullying, paparan konten yang tidak pantas, dan kecanduan media sosial.  Dr. Mike Ribble, seorang ahli literasi digital, menekankan bahwa literasi digital bukan sekadar kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga pemahaman akan dampak dari tindakan online serta bagaimana hal itu mempengaruhi perilaku etis di dunia maya.

Di Indonesia, perkembangan internet dan media sosial tidak kalah pesat. Laporan emarketer.com pada 2019 mencatat bahwa ada sekitar 80 juta pengguna media sosial aktif di Indonesia. Angka ini diperkirakan akan melonjak menjadi sekitar 110 juta pada tahun 2023. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal akses dan durasi berselancar di internet, mengungguli negara-negara seperti Brasil, Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, Australia, dan Jepang.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada periode 2022-2023 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa sekitar 70% pengguna internet di Indonesia adalah kelompok usia 5 hingga 25 tahun. Peningkatan penetrasi internet ini terutama didorong oleh kebutuhan masyarakat yang meningkat sejak pandemi Covid-19 pada 2020. Menurut laporan “Digital Trends 2023” dari We Are Social dan Meltwater, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 7 jam 42 menit setiap hari untuk mengakses internet.

Literasi digital memainkan peran penting bukan hanya dalam kemampuan teknis, tetapi juga dalam aspek kritis, etis, dan sosial yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat digital. Dengan literasi digital, individu dapat mengakses informasi, pendidikan, dan peluang kerja yang lebih luas. Bagi pelajar, kemampuan mencari informasi online bisa memperluas pengetahuan di luar kurikulum sekolah, sedangkan bagi profesional, literasi digital dapat meningkatkan keterampilan dan daya saing di pasar kerja. Laporan Pew Research Center pada 2015 menyebutkan bahwa 93% pekerjaan baru memerlukan keterampilan digital tingkat menengah hingga tinggi.

Namun, kemajuan teknologi juga membawa tantangan, terutama terkait keamanan dan privasi online. Pengguna internet harus bisa melindungi informasi pribadi mereka dari ancaman seperti pencurian identitas dan penipuan online. Di tengah banjir informasi di internet, kemampuan mengevaluasi sumber informasi menjadi sangat penting. Literasi digital mencakup keterampilan kritis untuk menilai keandalan, validitas, dan bias informasi yang ditemukan di internet, yang sangat penting dalam memerangi disinformasi dan berita palsu.

Studi Stanford History Education Group pada 2019 menemukan bahwa banyak siswa tidak mampu membedakan antara berita yang sah dan yang tidak sah. Hal ini menunjukkan pentingnya peningkatan literasi digital di kalangan remaja, termasuk pemahaman tentang etika digital dan dampak penggunaan teknologi terhadap kesehatan mental. Remaja, sebagai pengguna teknologi yang aktif, perlu diajarkan batasan penggunaan media sosial, cara mengelola waktu layar, dan berinteraksi secara positif di dunia maya.

Menurut Dr. Lisa Damour, seorang psikolog remaja, kesehatan mental remaja adalah isu yang semakin mendesak. Keterlibatan orang tua dan dukungan keluarga sangat penting dalam membantu remaja mengelola stres dan mengembangkan kesejahteraan emosional yang sehat.

Remaja di Padang, seperti di banyak kota lain di Indonesia, semakin terpapar pada teknologi dan internet. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (BPS Sumbar, 2021), penduduk provinsi ini didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z, dengan komposisi generasi milenial mencapai 24,25% dan generasi Z 30,56% dari total populasi 5,3 juta jiwa. Di Kota Padang sendiri, jumlah penduduk mencapai 909,04 ribu jiwa, dengan lebih dari 70% memiliki akses internet.

Meski akses internet sudah tinggi, masih banyak remaja di Padang yang belum memiliki keterampilan untuk menggunakan teknologi dengan bijak dan aman. Literasi digital yang baik dapat membantu remaja mengakses informasi bermanfaat, meningkatkan prestasi akademis, dan membuka peluang karier di masa depan. Namun, masalah kesehatan mental juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Tekanan akademis, tuntutan sosial, dan paparan media sosial dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional remaja.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang menunjukkan peningkatan kasus gangguan mental di kalangan remaja selama beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan dukungan kesehatan mental yang memadai, termasuk konseling dan program edukasi tentang manajemen stres.

Dalam rangka meningkatkan literasi digital dan kesehatan mental di era digital, kegiatan pengabdian ini menghadirkan dua pemateri. Pemateri pertama, Hairul Anwar, S.Sos., M.Si., menyampaikan materi berjudul “Literasi Digital: Bijak dalam Bersosial Media.” Dalam sesi ini, Hairul Anwar membahas pentingnya literasi digital bagi masyarakat, khususnya remaja, untuk menggunakan media sosial dengan bijak. Ia menekankan bagaimana perilaku online yang etis dan bertanggung jawab dapat meminimalisir risiko seperti cyberbullying dan kecanduan media sosial.

Pemateri kedua, Nelia Afriyeni, S.Psi., MA, mengangkat topik “Sehat Jiwa di Era Digital: Menyeimbangkan Kesejahteraan Online.” Nelia Afriyeni membahas dampak teknologi dan media sosial terhadap kesehatan mental, serta strategi untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas online dan kesejahteraan emosional. Ia juga memberikan panduan praktis bagi peserta untuk mengelola stres dan membangun kesejahteraan mental yang sehat di tengah perkembangan teknologi yang pesat.

Sebagai penutup, kegiatan pengabdian ini berhasil memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para peserta tentang pentingnya literasi digital dan kesehatan mental di era digital. Melalui pemaparan dari Hairul Anwar, S.Sos., M.Si., dan Nelia Afriyeni, S.Psi., MA, para peserta memperoleh wawasan berharga tentang bagaimana menggunakan teknologi dan media sosial dengan bijak serta menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan kesejahteraan mental. Harapannya, ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan positif.

Kegiatan ini juga menjadi langkah awal yang penting untuk membangun kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, mengenai tantangan dan peluang di era digital. Dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang literasi digital dan kesehatan mental, diharapkan para peserta dapat menjadi agen perubahan yang mampu menginspirasi lingkungan sekitarnya untuk memanfaatkan teknologi secara optimal dan menjaga kesehatan mental di tengah dinamika kehidupan modern.

Melalui program literasi digital dan kesehatan mental, remaja di Kota Padang, khususnya di Kecamatan Pauh, diharapkan bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan teknologi secara bijak dan aman, serta keterampilan untuk mengelola stres dan menjaga kesehatan mental mereka. Tujuan utama dari program ini adalah membantu mereka tumbuh menjadi individu yang sehat, berkarakter, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Jonson Handrian Ginting

Dosen Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *