Musik adalah pusat kehidupan budaya, karenanya sering dianggap sebagai pusat kehidupan sosial. Studi tentang musik dalam masyarakat telah menjadi perhatian para pemikir sosial kanonik, termasuk Weber, Simmel, dan Adorno, sejak berdirinya sosiologi. Studi tentang musik juga menjadi perhatian para sarjana di disiplin ilmu yang berdekatan, khususnya musikologi, studi budaya, dan ekonomi. Pierre Bourdieu berpendapat, “tidak ada yang lebih jelas menegaskan ‘kelas’ seseorang, tidak ada yang lebih jelas mengklasifikasikannya, selain selera dalam musik” pendapatnya dalam karya yang berjudul Distinction: A social critique of the judgement of taste. Oleh karena itu, para sosiolog musik menaruh perhatian pada pentingnya selera musik untuk menandakan status dan membedakan hierarki budaya. Para sosiolog juga menaruh perhatian pada korelasi sosio-demografis dari preferensi musik, bagaimana musisi dan industri musik berorganisasi untuk menyediakan musik dan memengaruhi selera, serta pendidikan dan kondisi kerja para musisi. Apa yang cenderung membedakan sosiologi musik dari disiplin ilmu lain adalah komitmen terhadap imajinasi sosiologis atau penggunaan metode penelitian sosial—tetapi belum tentu keduanya. Banyak sosiolog musik bekerja lintas disiplin ilmu. Para sosiolog juga bersatu dalam studi berbagai genre, dan mereka yang berkontribusi dalam sosiologi genre tertentu sering kali melakukannya bukan sebagai sosiolog, melainkan sebagai pakar musik, cerita rakyat, atau sejarah yang minatnya meluas ke sosiologi musik. Sosiologi tradisi musik Amerika bisa dibilang lebih banyak dipengaruhi oleh interaksionisme simbolik dan teori pilihan rasional dibandingkan dengan Eropa, di mana teori kritis lebih berpengaruh. Namun demikian, pertukaran konseptual dan metodologis semakin berkembang, khususnya dengan meningkatnya pengaruh Bourdieu dalam sosiologi AS. Sosiologi ras, gender, dan seksualitas juga mempengaruhi bidang ini secara signifikan.
Keberagaman konseptual dan metodologis ini berarti bidang ini mempunyai paradigma yang rendah. Namun, keragaman ini mengarah pada pertukaran produktif dan sintesis ide dan metode. Khususnya, terdapat peningkatan minat terhadap musik sebagai teknologi sosial dan wawasan dari studi sains dan teknologi. Seperti halnya dalam sosiologi budaya secara lebih luas, perhatian beralih ke “musik itu sendiri”, musik sebagai mediator interaksi sosial, dan seniman serta karya yang tertanam dalam sistem sosio-musik yang lebih luas menggunakan alat komputasi, khususnya analisis jaringan. Proliferasi data menghasilkan karya kuantitatif yang inovatif. Penelitian kualitatif juga dihidupkan kembali dengan teknologi baru yang memungkinkan metode wawancara baru, etnografi digital, dan metode komputasi untuk memproses data tekstual.
Sosiologi tradisi musik dapat ditelusuri kembali ke lahirnya disiplin ini, meskipun karya tunggal yang memberikan gambaran komprehensif tentang tradisi ini relatif sedikit. Bidang ini ada karena sosiologi metodologis menawarkan perspektif berbeda tentang bagaimana musik diciptakan, diterima, dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kontribusi Weber, Simmel, dan Adorno dalam sosiologi klasik membentuk silsilah sosiologis untuk subdisiplin tersebut. Dari Amerika Serikat, Howard Becker mulai menerbitkan buku tentang musisi pada awal tahun 1950an. Dengan membawa sosiologi pekerjaan dan organisasi ke dalam sosiologi musik populer, Richard A. Peterson mendemonstrasikan logika internal produksi budaya dalam kaitannya dengan risiko dan imbalan. Bersama-sama, Becker, Bourdieu, dan Peterson telah membuat pernyataan terprogram yang mendominasi disiplin ilmu, jika tidak secara individu mencapai dominasi atau memberikan gambaran umum.
Sosiologi musik berasal dari konsepsi Becker tentang subkultur diambil dari karya Chicago School, tetapi konsep alternatif yang berfokus secara khusus kepada praktik konsumsi musik pemuda kelas pekerja berasal dari Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) yang mengalihkan fokus kajian ke berbagai arah. Karya CCCS dan konsep andalannya yaitu ‘subkultur’ telah memberikan pengaruh besar dalam sosiologi musik, dan memang demikian adanya. Mereka memainkan peran penting dalam musik ke dalam agenda sosiologis, khususnya di Inggris, dan menunjukkan aspek-aspek kuncinya relevansi sosiologisnya. Namun, mereka hanya berfokus pada konsumen musik. Hampir tidak punya komentar apa pun tentang praktik dan hubungan musik yang lebih luas. Konsumsi merupakan aspek penting dalam proses pembuatan musik. Musik ada di dalam pengalaman pendengaran orang yang mendengar dan mendefinisikannya, dan maknanya, baik internal maupun eksternal, bergantung pada pendengar dan responsnya terhadap serta penggunaan apa yang didengarnya.