Engkol

PjBL: Solusi Kreatif untuk Menghadapi Tantangan Akademis Mahasiswa

Meningkatnya tingkat perkuliahan sering kali diiringi dengan meningkatnya tingkat stres mahasiswa, terutama ketika berhadapan dengan tugas akhir, proposal penelitian, dan skripsi. Kuliah Kerja Nyata yang menuntut alokasi tenaga besar untuk program dan interaksi dengan orang baru juga turut menguras energi. Akibatnya, kuliah yang seharusnya menjadi ajang belajar dan menyerap ilmu dari dosen terkadang berubah menjadi beban yang menggelayuti pikiran.

Berbagai cara dilakukan untuk menjaga stabilitas mental dan fisik, mulai dari berorganisasi, berkumpul dengan teman-teman untuk berbagi cerita dan beban, berekreasi, hingga sekadar menikmati secangkir kopi untuk “me time” dan melepaskan diri sejenak dari rutinitas yang padat. Namun, seiring mendekatnya tahun keempat perkuliahan, keluhan mengenai tugas yang semakin berat dan tuntutan akademis yang kian tinggi mulai bermunculan. Tugas-tugas kuliah tak lagi hanya soal menyusun makalah semalam suntuk, tetapi juga menulis di media massa, berpartisipasi dalam penulisan paper, dan mengerjakan proyek-proyek lainnya yang menuntut lebih banyak dedikasi dan kreativitas.

Dalam situasi yang semakin menekan ini, hadirnya metode pengajaran Project-based Learning (PjBL) menjadi angin segar yang memberi ruang bernapas bagi mahasiswa. PjBL memungkinkan mahasiswa untuk tidak terus-menerus dibebani tugas-tugas monoton seperti membuat resume, makalah, atau diskusi kelompok dengan metode yang sama setiap minggu. Kebosanan dan stres akibat tugas yang seragam dapat diminimalisir, memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berkreasi dan menikmati proses belajar.

PjBL hadir sebagai solusi dari kemonotonan tugas kuliah. Metode ini mengajak mahasiswa untuk berkreativitas dalam ranah akademik dengan menghasilkan proyek-proyek yang relevan dengan bidang keilmuan mereka. Contohnya, dalam mata kuliah Digital Humaniora di Jurusan Sejarah Universitas Andalas, mahasiswa diberi kesempatan untuk membuat proyek-proyek kreatif seperti film dokumenter, video, poster, fotografi, dan analisis musik dalam konteks kesejarahan.

Metode ini tidak hanya memperkenalkan teknologi kepada mahasiswa, tetapi juga membuka mata mereka terhadap prospek karier yang lebih luas bagi lulusan sejarah. Dengan keterampilan teknologi yang mereka kembangkan, mereka dapat menepis paradigma sempit tentang karier lulusan sejarah. Mereka bisa menjadi produser film dokumenter, fotografer, content creator, atau profesi lain yang selaras dengan hobi dan kemampuan mereka, membuka peluang karier di luar ranah akademis.

Meskipun sebagian besar mahasiswa baru pertama kali mengerjakan proyek-proyek tersebut, banyak dari mereka yang berhasil menghasilkan karya yang hampir sempurna. Pengalaman berharga ini sengaja diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah untuk memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa. Pameran hasil proyek pun melahirkan ide-ide baru bagi keberlanjutan sejarawan yang aktif berteknologi.

Pada intinya, PjBL bukan hanya tentang seberapa sempurna proyek yang dihasilkan, tetapi seberapa berharga pengalaman yang diperoleh mahasiswa untuk masa depan mereka. Pengalaman ini memberikan fondasi yang kuat bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan di dunia kerja dengan bekal kreativitas, keterampilan teknologi, dan pemahaman yang mendalam tentang bidang mereka. PjBL adalah langkah nyata menuju proyeksi masa depan yang lebih cerah dan penuh potensi. Semoga lebih PjBL menjadi iklim akademik di dunia kampus Indonesia.

Gustina Mitri

Mahasiswi di Departemen Ilmu Sejarah, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *