The Wonderful Wizard of Oz adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh L. Frank Baum pada tahun 1900. Setelah lebih dari seabad, kisah Dorothy dan kawan-kawan ini sudah mengalami banyak transformasi, mulai dari buku bergambar, cerita pendek, hingga film. Begitu pula dalam bidang akademis, hingga kini masih banyak yang menganalisis kisah ini karena relevansinya dengan kehidupan masyarakat, terutama bangsa Amerika. Banyak pembahasan tentang kaitan antara cerita dalam novel ini dengan budaya Amerika dan bagaimana cerita ini merepresentasikan karakter ideal bangsa Amerika.
The Wonderful Wizard of Oz mengisahkan tentang petualangan seorang gadis cilik bernama Dorothy untuk kembali ke rumahnya setelah terjebak di dunia lain, The Land of Oz. Dalam perjalanannya, Dorothy bertemu dengan Scarecrow, orang-orangan sawah yang ingin memiliki otak; The Tin Woodman, seorang tukang kayu yang seluruh badannya terbuat dari timah dan ingin memiliki hati; dan The Cowardly Lion, seekor singa pecundang yang ingin memiliki keberanian. Untuk memenuhi keinginan mereka, mereka melakukan perjalanan untuk bertemu dengan seorang penyihir paling bijaksana di The Land of Oz yaitu Oz.
Elemen-elemen imajinatif yang terkandung dalam The Wonderful Wizard of Oz membuatnya masuk dalam genre fantasi. Ditambah dengan elemen sihir dan supranatural, serta makhluk-makhluk mistis dan ajaib membuat karya ini sangat kental dengan aspek-aspek fantasi. Adanya konflik antara kebaikan dan kejahatan juga memberikan karakteristik fantasi yang semakin kuat. Tema kontradiktif antara kebaikan dan kejahatan ini pula yang membuat karya ini dekat dengan sastra anak.
Prof. Dr. Riris K. Toha-Sarumpaet dalam bukunya yang berjudul Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi (2019) menjabarkan definisi dari sastra anak, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh orang dewasa untuk anak-anak yang dibaca anak-anak dengan bimbingan orang dewasa. Sementara secara praktis, sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak dengan karakteristik berbagai ragam, tema, dan format. Spesifikasi tujuan sastra tersebut yang memang untuk anak-anak membuatnya menjadi media yang efektif dalam pengajaran dan pembelajaran bagi generasi muda. Sehingga sastra jenis ini seringnya mengandung pesan moral yang bertujuan untuk membentuk karakter anak.
The Wonderful Wizard of Oz merupakan salah satu karya sastra yang banyak dibaca oleh anak-anak di seluruh dunia. Banyak pesan moral yang terkandung dalam kisah ini yang dapat memberikan contoh baik terhadap anak-anak. Contoh baik yang diharapkan dapat ditiru oleh anak-anak tersebut tentunya sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat. Jika menilik nilai dan norma masyarakat tersebut tentunya harus dilihat pula darimana karya sastra tersebut berasal. Sebagaimana esensi dari Sosiologi Sastra yang menyatakan bahwa karya sasta memiliki relasi antara karya tersebut dengan struktur sosial tempat asal karya sastra tersebut dilahirkan.
Penulis The Wonderful Wizard of Oz, L. Frank Baum, merupakan seorang penulis berkebangsaan Amerika. Banyak penelitian yang telah membahas relasi karya tersebut dengan budaya Amerika. Sementara, budaya erat kaitannya dengan bahasan nilai dan norma sosial masyarakatnya. Pada budaya Amerika, terdapat nilai dan norma bagi karakter ideal bangsa Amerika yang dikenal dengan American Virtues. Kandungan tentang American Virtues ini pula yang menjadikan kisah Dorothy dan kawan-kawan menjadi sangan besar di Amerika, dan bahkan dunia.
Jika membicarakan American Virtues, maka pembahasan akan mengakar pada Traditional American Virtues yang diutarakan oleh Thomas Jefferson –Presiden ketiga Amerika Serikat- dalam buku American Virtues: Thomas Jefferson on the Character of a Free People yang ditulis oleh Jean M. Yarbrough (1998). Di dalam buku tersebut, Jean menjabarkan bahwa American Virtue bagi Thomas Jefferson adalah “…industry, self-reliance, frugality, self restraint or control, modesty, temperance, fortitude, cheerfulness, civility, compassion, and respect for the property of other persons.” Yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah industri, kemandirian, hemat, pengendalian diri, kesopanan, kesederhanaan, ketabahan, keceriaan, harmoni, kasih sayang, dan rasa hormat terhadap milik orang lain.
Pada novel The Wonderful Wizard of Oz, beberapa unsur-unsur dari Traditional American Virtues tersebut sangat terlihat jelas melalui representasi karakter dan adegan dalam cerita. Pada unsur industri, keceriaan, kesopanan, dan harmoni terlihat jelas pada penggambaran rakyat Munchkin dan penduduk Kota Zamrud (Emerald City) yang digambarkan bekerja dengan rajin dan ceria, serta rendah hati. Unsur-unsur ini juga dapat ditemukan pada karakter utama, Dorothy, yang memilih untuk tidak menggunakan atribut sakti, seperti topi emas dan sepatu perak, yang dimilikinya untuk tujuan jahat dan kepentingan pribadi. Hal ini juga menunjukkan kesederhanaan dan rasa hormat terhadap milik orang lain (atribut sakti tersebut awalnya milik karakter lain) pada unsur American Virtues. Tingkah lakunya yang baik dan sopan, serta kekecewaan dan rasa malunya dalam membunuh Penyihir dari Timur terlihat jelas. Unsur kemandirian, hemat, dan ketabahan juga terpancar dari karakter Dorothy yang tabah dengan masalah yang dihadapinya dan dengan kemandiriannya bertahan dalam dunia asing dengan cara menghemat makanan untuk bertahan hidup dalam petualangannya. Ketabahan juga ditunjukkan dari kegigihan Dorothy dan teman-temannya saat mereka melakukan perjalanan ke Kota Zamrud, ke kastil Penyihir Jahat dari Barat, dan ke kastil Glinda, penyihir dari Selatan. Meskipun jalannya kasar dan banyak hambatan, mereka tetap melanjutkan perjalanan dan pantang menyerah. Sementara, unsur kasih sayang sangat terlihat jelas dalam penggambaran hubungan Dorothy dengan karakter utama lainnya, yaitu Scarecrow, The Tin Woodman, dan The Cowardly Lion.
Representasi Traditional American Virtues ini tentu saja dapat menjadi pendidikan karakter bagi anak-anak. Bukan hanya untuk masyarakat Amerika saja, tetapi dapat pula untuk bangsa lain karena unsur-unsur tersebut tentunya relevan dengan nilai dan norma masyarakat hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Karakter ideal yang disajikan dalam kisah The Wonderful Wizard of Oz dapat dijadikan pedoman dalam pengajaran usia dini melalui sastra anak.