Peran tradisional ayah dalam keluarga di Jepang secara historis terbatas pada menjadi pencari nafkah dan pengambil keputusan, sementara ibu bertanggung jawab atas urusan domestik dan pengasuhan anak. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi perubahan signifikan dalam dinamika ini, dengan munculnya fenomena ikumen. Ikumen adalah istilah yang menggabungkan kata “ikuji” yang berarti pengasuhan anak dan Men yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti laki-laki. Istilah ini merujuk pada pria yang aktif terlibat dalam pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga, menunjukkan perubahan dalam pandangan tradisional tentang gender dan peran keluarga di Jepang.
Istilah ikumen mulai populer di Jepang pada akhir 2000-an, seiring dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak dan dukungan pemerintah untuk kesetaraan gender. Kampanye-kampanye pemerintah dan organisasi non-pemerintah telah mendorong pria untuk lebih terlibat dalam kehidupan keluarga mereka, sebagai bagian dari upaya untuk menyeimbangkan kehidupan kerja dan keluarga, serta mengatasi masalah demografis seperti tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang menua. Ikumen aktif dalam tugas-tugas seperti mengganti popok, memberi makan, mengajak anak bermain, dan mengantar-jemput anak ke sekolah atau kegiatan lain. Mereka juga terlibat dalam mendidik anak-anak mereka dan membantu mereka dengan pekerjaan rumah. Selain tanggung jawab fisik, ikumen juga memberikan dukungan emosional kepada anak-anak mereka. Mereka berusaha untuk menjadi figur ayah yang dekat dan mudah didekati, yang dapat berbicara dengan anak-anak mereka tentang masalah dan perasaan mereka.
Ikumen sering terlibat dalam pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan, dan mencuci. Ini mencerminkan perubahan dalam peran tradisional di mana tugas-tugas ini umumnya dianggap sebagai tugas perempuan. Masyarakat Jepang semakin menerima gagasan tentang kesetaraan gender dan peran yang lebih fleksibel dalam keluarga. Ini sebagian dipengaruhi oleh pengaruh global dan perubahan norma sosial. Pemerintah Jepang pun telah memperkenalkan berbagai kebijakan untuk mendorong partisipasi pria dalam pengasuhan anak, termasuk cuti paternitas yang lebih panjang dan insentif untuk perusahaan yang mendukung kesetaraan gender di tempat kerja. Dengan meningkatnya biaya hidup dan kebutuhan untuk memiliki dua penghasilan dalam rumah tangga, lebih banyak wanita yang bekerja di luar rumah. Hal ini menuntut pembagian tanggung jawab rumah tangga yang lebih merata.
Studi menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak memiliki dampak positif pada perkembangan anak. Ikumen didorong oleh keinginan untuk membangun hubungan yang kuat dengan anak-anak mereka dan mendukung perkembangan mereka. Meskipun ada kemajuan, ikumen di Jepang masih menghadapi berbagai tantangan seperti: beberapa pria masih merasa tertekan oleh norma-norma tradisional yang menganggap bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab perempuan. Mereka mungkin menghadapi stigma atau tekanan dari keluarga atau masyarakat. Selain itu budaya kerja di Jepang sering kali menuntut jam kerja yang panjang, yang dapat menghalangi pria untuk mengambil bagian dalam pengasuhan anak. Meskipun ada kebijakan cuti paternitas, penggunaannya masih terbatas karena tekanan sosial atau ketakutan akan dampak negatif pada karier. Meskipun ada kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, implementasinya sering kali tidak memadai. Perusahaan dan organisasi sering kali tidak menyediakan lingkungan yang mendukung bagi pria yang ingin mengambil cuti paternitas atau fleksibilitas kerja.
Meskipun tantangan yang ada, fenomena ikumen telah membawa banyak dampak positif. Pria yang terlibat dalam pengasuhan anak cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan anak-anak mereka, yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosional anak. Selain itu, pembagian tugas rumah tangga yang lebih adil dapat mengurangi beban pada perempuan dan mendukung kesetaraan gender yang lebih besar. Ke depan, diharapkan bahwa ikumen akan semakin menjadi bagian dari norma sosial di Jepang. Dengan terus berkembangnya kesadaran akan pentingnya keseimbangan kerja dan kehidupan, serta dukungan kebijakan yang lebih kuat, semakin banyak pria di Jepang yang akan merasa diberdayakan untuk terlibat dalam pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga. Fenomena ikumen mencerminkan perubahan signifikan dalam peran gender dan dinamika keluarga di Jepang. Ini adalah tanda dari evolusi sosial yang lebih besar menuju kesetaraan gender dan pengakuan pentingnya peran ayah dalam keluarga. Meskipun ada tantangan yang perlu diatasi, ikumen menunjukkan langkah positif menuju masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan gender.
Meskipun fenomena ikumen di Jepang membawa banyak dampak positif, seperti hubungan keluarga yang lebih erat dan pembagian tugas rumah tangga yang lebih merata, ada juga beberapa dampak negatif dan tantangan yang mungkin dihadapi oleh pria yang memilih peran ini.Ikumen mungkin dianggap tidak maskulin atau tidak sesuai dengan norma tradisional, yang dapat menyebabkan diskriminasi atau cemoohan dari teman, keluarga, atau masyarakat luas. Selain itu, fokus pada keluarga mungkin menghadapi tekanan atau ketidakpuasan dari atasan dan rekan kerja. Hal ini dapat berdampak negatif pada karier mereka, termasuk risiko kehilangan promosi atau dianggap kurang berdedikasi. Mengatasi stigma sosial, mengubah budaya kerja, dan menyediakan dukungan yang memadai untuk pria yang ingin terlibat lebih dalam pengasuhan anak adalah langkah penting untuk memastikan bahwa ikumen dapat diterima dan didukung sepenuhnya dalam masyarakat Jepang.