Indonesia dikenal sebagai negara yang rawan bencana alam. Terletak di lingkaran cincin api Pasifik, negara ini sering mengalami gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan tsunami. Di tengah kerawanan ini, pentingnya pendidikan kesiapsiagaan bencana menjadi semakin nyata, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dengan disabilitas intelektual.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh Mansur dkk. dari Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas, Padang, bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana materi tentang bencana alam dimasukkan dalam buku teks yang digunakan di Sekolah Dasar Khusus untuk anak-anak dengan disabilitas intelektual di Padang. Menggunakan metode analisis isi kualitatif, penelitian ini menganalisis 36 buku teks dari tahun ajaran 2020-2021 dan menemukan bahwa enam buku teks di antaranya mengandung materi tentang bencana alam dengan judul tematik seperti bencana, musim, air, tanah, dan bumi.
Pentingnya Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana
Bencana alam dapat berdampak sangat merugikan bagi komunitas rentan. Anak-anak dengan disabilitas intelektual sering kali membutuhkan rencana kesiapsiagaan yang disesuaikan karena keterbatasan mereka dalam memahami informasi yang kompleks dan mengembangkan keterampilan baru. Penelitian menunjukkan bahwa integrasi pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) dalam kurikulum sekolah adalah langkah penting untuk memberikan perlindungan prioritas bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual.
Temuan Penelitian
Penelitian ini mengidentifikasi dua tema utama dalam buku teks yang dianalisis: bencana alam dan siklus manajemen bencana. Tema bencana alam dibagi lagi menjadi beberapa subtema yaitu Hidrologi (banjir), Geofisika (gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi), dan Klimatologi (kekeringan). Sedangkan siklus manajemen bencana mencakup tahap-tahap seperti pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan bantuan.
Implementasi dalam Kurikulum
Pentingnya memasukkan materi pendidikan bencana ke dalam kurikulum sekolah telah diakui oleh otoritas pendidikan di Indonesia sejak tahun 2009. Implementasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana melalui proyek percontohan yang melibatkan lebih dari 33.000 siswa. Buku teks berperan sebagai alat pendidikan penting yang membantu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dasar siswa tentang bencana alam dan cara menghadapinya.
Kekurangan dan Rekomendasi
Meskipun buku teks yang dianalisis sudah mengandung informasi tentang bencana alam, penelitian ini menemukan beberapa kekurangan. Misalnya, kurangnya perhatian terhadap tahap pra-bencana seperti upaya pencegahan, mitigasi, dan peringatan dini. Selain itu, tidak ada tema yang membahas siklus pasca-bencana seperti pemulihan, rehabilitasi, atau rekonstruksi. Untuk mengatasi kekurangan ini, disarankan agar materi pendidikan bencana lebih komprehensif mencakup semua fase manajemen bencana dan disajikan dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak dengan disabilitas intelektual.
Peran Guru dan Pendekatan Pengajaran
Guru memiliki peran penting dalam mengajarkan materi bencana kepada siswa. Mereka harus mampu menyampaikan informasi dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, menggunakan metode pengajaran yang interaktif dan partisipatif seperti lagu, puisi, cerita, dan latihan simulasi. Selain itu, pengenalan kebijaksanaan lokal dalam mitigasi bencana juga perlu dimasukkan ke dalam materi akademik untuk meningkatkan relevansi dan pemahaman siswa tentang cara-cara tradisional dalam menghadapi bencana.
Kesimpulan
Integrasi materi bencana alam dalam buku teks untuk anak-anak dengan disabilitas intelektual adalah langkah penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Meskipun sudah ada upaya untuk memasukkan materi ini, masih ada ruang untuk perbaikan terutama dalam hal mencakup semua fase manajemen bencana. Pendidikan yang komprehensif dan inklusif akan membantu melindungi kelompok rentan ini dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi bencana alam dengan lebih baik.