Hubungan Antar-ras merupakan sebuah hubungan yang terjadi antara ras yang berbeda. Perbedaan ras tersebut dapat menjadi sebuah masalah terutama jika ada prasangka antara ras-ras tersebut. Pada masa modern ini, mungkin seringkali kita menemukan hubungan antar-ras, baik hubungan pertemanan, maupun percintaan. Hubungan antar-ras bukanlah hubungan yang tabu lagi. Namun, hal ini sangat berbeda terutama pada masa tertentu di daerah tertentu.
Di Amerika, hubungan antar-ras merupakan hubungan yang terlarang karena adanya sistem segregasi sebelum masa Civil Rights Movement. Masyarakat kulit berwarna (dalam kasus ini masyarakat Afrika-Amerika atau yang disebut masyarakat kulit hitam) merupakan kasta terendah dalam hierarki bermasyarakat. Sejarah mereka yang dibawa dari benua Afrika menuju Amerika sebagai budak membuat status sosial mereka tidak egaliter dengan masyarakat Amerika berkulit putih. Hal yang sama juga terjadi di Afrika Selatan sekitar tahun 1960an yang disebut dengan istilah “Big Apartheid”. Kata Apartheid berasal dari bahasa Afrikaans yang juga berasal dari bahasa Perancis mettre à part yang berarti memisahkan. Sistem Apartheid ini merupakan kebijakan atau sistem segregasi atau diskriminasi berdasarkan ras. Menurut Azi Ayubi dalam artikel yang berjudul Apartheid Policy in South Africa (2023), pada sistem Apartheid ini, hukum melarang hubungan sosial kontak antar ras, mengizinkan pemisahan fasilitas umum, dan menolak keterwakilan orang non-kulit putih dalam pemerintahan nasional. Dengan diberlakukannya sistem tersebut, maka masyarakat yang melanggar aturan akan dianggap sebagai komunis dan akan mendapatkan hukuman.
Peristiwa bersejarah ini tentunya menarik bagi sastrawan untuk mengabadikannya dalam sebuah karya sastra. Salah satu karya sastra yang mengambil latar sejarah tentang segregasi antar-ras adalah cerpen yang berjudul Town and Country Lovers karya Nadine Gordimer. Nadine Gordimer merupakan penulis yang berasal dari Afrika Selatan dianugerahi Nobel Prize pada tahun 1991. Meskipun Nadine Gordimer memiliki darah Latvia-Inggris, namun dia lahir dan besar di Afrika Selatan. Karya-karyanya seringkali mengangkat isu-isu tentang eksil dan alienasi serta berlatar tempat dan waktu pada masa apartheid atau pasca-apartheid. Hal ini berkaitan dengan latar belakang Gordimer yang memang merupakan seorang aktivis anti Apartheid. Banyak karyanya yang dilarang beredar pada masa itu karena kritik terhadap pemerintah yang terkandung didalamnya.
Cerpen Town and Country Lovers merupakan bagian dari buku kumpulan cerpen Gordimer yang berjudul A Soldier’s Embrace yang terbit pada tahun 1980. Cerpen ini terdiri dari dua kisah tentang hubungan percintaan antar-ras. Cerita pertama merupakan kisah dari Dr. Franz-Josef von Leinsdorf, seorang Geologis asal Austria dan seorang gadis Afrika. Sementara, cerita kedua merupakan kisah dari Paulus Eysendyck, putra kaya dari seorang petani kulit putih, dan Thebedi, seorang pembantu Afrika yang bekerja untuk keluarga tersebut. Kedua cerita ini sama-sama mengangkat bagaimana hubungan privat antara dua individu turut menjadi korban dari sistem Apartheid.
Hubungan Antar-ras pada kisah Dr. Von Leinsdorf dan gadis Afrika berakhir dengan penggerebekan yang dilakukan oleh Polisi di kediaman sang geologis yang mengakibatkan keduanya mengalami persidangan bahkan penahanan. Tuduhan yang diberikan adalah melakukan tindakan amoral yang merupakan salah satu aturan pada hukum atau undang-undang Apartheid. Hukum tersebut merupakan cerminan dari kebijakan pemisahan kelompok ras yang berbeda. Pada masa Apartheid setidaknya terdapat dua aturan yang mengatur tentang hubungan antar-ras; Undang-Undang Larangan Perkawinan Campuran tahun 1949 dan Undang-undang Amoralitas tahun 1950. Kedua undang-undang ini mempunyai dampak menciptakan batas-batas hukum antar ras dan membuat pernikahan atau hubungan seksual antar-ras menjadi ilegal. Roy H. Du Pre dalam bukunya yang berjudul Separate but unequal: the ʻcolouredʼ people of South Africa, a political history (1994), menjelaskan bahwa dibawah undang-undang ini pasangan antar-ras akan mengalami penghinaan, kurangnya privasi, dan degradasi yang dilakukan oleh polisi. Polisi biasanya mengikuti seorang Afrika yang dicurigai untuk membuktikan bahwa seseorang tersebut memiliki hubungan antar-ras. Pada masa itu, pasangan yang dicurigai akan dibangunkan pada tengah malam atau dini hari untuk menjalani pemeriksaan dokumen yang menyatakan bahwa mereka berasal dari ras yang sama. Larangan hubungan antar-ras tersebut bukan hanya dilihat dari tindakan tinggal bersama atau melakukan hubungan privat, namun juga bahkan jika para polisi mendapati pasangan antar-ras yang mengendarai mobil bersama akan dikenai tuduhan amoralitas.
Dampak yang ditimbulkan dari sistem Apartheid terhadap hubungan antar-ras juga tergambar dari kisah kedua pada cerpen Gordimer tersebut. Kisah antara Thebedi yang dihamili oleh Paulus hingga Paulus memutuskan untuk meracuni anaknya karena paranoid yang dialaminya. Ketakutan tersebut tentu saja beralasan. Sistem Apartheid tentu saja akan merugikan posisinya sehingga Paulus memutuskan untuk memusnahkan barang bukti, yaitu bayinya. Selain kedua pihak akan dijatuhi hukuman secara formal, tentu saja mereka juga akan mendapatkan sanksi sosial yang tak kalah kejam. Alibhai-Brown & Montague dalam bukunya yang berjudul The Colour of Love: Mixed Race Relationships (1992) menjelaskan bahwa dampak dari hubungan antar-ras juga didapat dari orang-orang disekitar pasangan tersebut, seperti keluarga, teman, dan komunitas. Dampak tersebut dapat berupa penolakan. Dalam bukunya, Alibhai-Brown dan Montague melaporkan pengalaman pribadi Ethal, mantan pelacur yang menikah dengan pria Afrika. Ethal mengatakan bahwa teman-temannya dapat menerimanya ketika dia masih seorang perempuan jalanan, tapi tidak ketika dia menikah dengan seorang pria Afrika yang baik dan terpelajar. Kejadian ini dapat berkaitan dengan penggambaran yang ditulis oleh Gordimer terhadap karakter Paulus yang memiliki ketakutan terbesar atas dampak yang akan terjadi jika dunia mengetahui bahwa ia memiliki bayi dengan seorang perempuan Afrika. Perkembangan karakter Paulus menjadikannya melakukan tindakan pembunuhan terhadap anak hasil hubungannya dengan Thebedi.
Cerpen Town and Country Lovers merupakan representasi sempurna dari dampak yang ditimbulkan sistem Apartheid terhadap hubungan antar-ras. Efek dari segregasi antar-ras ini bahkan dirasakan hingga kini dimana prasangka terhadap ras tertentu memberikan batasan-batasan individu dalam bertindak, termasuk dalam memilih pasangan. Meskipun efek dari prasangka tersebut mulai bergeser dan berangsur dipatahkan, namun tak sedikit pula yang masih memercayainya. Mimpi egaliter antar-ras yang sedari dulu diperjuangkan hingga kini masih terus berproses. Hasil dari perjuangan tersebut tentunya mulai dapat dilihat dari data statistik peningkatan jumlah pernikahan antar-ras yang terus meningkat. Hal ini dapat membuktikan bahwa cinta dapat menjadi senjata ampuh dalam membunuh prasangka terhadap ras tertentu dan seperti kata orang-orang, let the love win!