Bandung – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Widyatama (FEB Utama) kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang digelar pada 26-27 Februari 2024 di Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Program ini dipimpin oleh Ketua Cluster, Dr. Apriwandi S.E., M.Sc., Akt, yang mengedepankan konsep Green Accounting atau akuntansi hijau untuk pengelolaan limbah organik.
Desa Mekarmanik, dengan kesuburannya sebagai lahan perkebunan, menghasilkan sampah organik yang melimpah dari sisa pertanian hingga rumah tangga. Sayangnya, sebagian besar limbah tersebut dibuang tanpa pengelolaan yang tepat, menambah beban lingkungan serta menghilangkan potensi ekonomisnya. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan bersih dan manfaat ekonomi dari pengelolaan limbah masih minim.
“Banyak warga yang tidak memahami bahwa sampah organik, seperti kulit pisang, bisa diolah menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomis,” ungkap Ibu Ela Swaeti, Ketua RW 01 Desa Mekarmanik. Selain masalah pengetahuan, survei tim PkM juga menemukan bahwa Komunitas Wanita Tani (KWT) di desa ini belum aktif, sehingga limbah organik belum dikelola secara kolektif.
PkM FEB Utama hadir membawa solusi melalui penerapan konsep akuntansi hijau, yaitu pendekatan ramah lingkungan dalam mengelola limbah organik. Program ini mengedukasi masyarakat, terutama pelaku UMKM, untuk mengolah limbah seperti kulit pisang menjadi pupuk organik cair dan kering. Proses ini dilakukan dengan bantuan teknologi bioaktivator EM4 dan Biopol.
“EM4 sangat efektif mempercepat fermentasi limbah organik. Tidak hanya mengurangi bau, tetapi juga memperkaya unsur hara tanah,” ujar Dr. Apriwandi. Teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan kesehatan tanah, serta memberikan nilai tambah ekonomis bagi masyarakat.


Program ini dilaksanakan melalui metode diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion) dan praktik langsung. Peserta diberikan pengetahuan teoretis tentang dampak lingkungan dari limbah organik serta diajarkan teknik pengolahan limbah menggunakan EM4 dan Biopol. Untuk mendukung praktik, tim PkM memberikan bantuan alat seperti biopol dan EM4 kepada peserta.
“Kami berharap, dengan teknologi ini, masyarakat dapat lebih sadar bahwa limbah organik bukan hanya sampah, tetapi juga sumber daya yang dapat meningkatkan pendapatan,” tutur Dr. Irene Sukma Lestari Barus, Ketua Pelaksana PkM.
Melalui program ini, warga Desa Mekarmanik mulai memahami potensi ekonomis dari limbah organik. Pengolahan limbah menjadi pupuk organik memberikan peluang baru bagi pelaku UMKM di bidang pertanian, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal, serta mendorong keberlanjutan lingkungan.
“Selain membantu meningkatkan kesejahteraan, program ini juga sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals), terutama dalam mengurangi kemiskinan dan kelaparan, serta menciptakan kehidupan yang sehat dan sejahtera,” tambah Dr. Apriwandi.
PkM ini juga mendorong pengaktifan kembali Komunitas Wanita Tani (KWT) di Desa Mekarmanik. KWT diharapkan menjadi wadah untuk mengembangkan hasil pengelolaan limbah, sekaligus menggerakkan ekonomi desa melalui produk ramah lingkungan.
FEB Utama percaya, inisiatif ini tidak hanya membawa manfaat lokal, tetapi juga menjadi langkah kecil menuju solusi global untuk mengatasi pemanasan global dan tantangan lingkungan lainnya.
Dengan antusiasme warga dan dukungan tim akademisi, Desa Mekarmanik menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil—mulai dari kulit pisang yang sering dianggap remeh.