Provinsi Sumatera Barat, terletak di Pulau Sumatera, memiliki identitas unik sebagai provinsi berbasis pertanian. Sejarah pertanian di daerah ini bukan hanya sebuah cerita tentang tanaman dan hasil bumi, melainkan juga kisah kekayaan budaya yang melingkupi mata pencaharian masyarakat setempat. Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terletak di pantai barat berdekatan dengan Lautan Hindia, yang bukan merupakan jalur lalu lintas perdagangan. Akibatnya, sektor industri tidak banyak memasuki kawasan ini. Terbukti pada 2021, hasil Survei Angkatan Kerja (Sakernas) Badan Pusat Statisti (BPS) 2021 menyebutkan bahwa industri hanya berkontribusi sebesar 8,95% saja. Chandra Gian Asmara dalam artikelnya yang di muat di cnbcindonesia.com juga menyebutkan bahwa industri di Sumbar sulit untuk berkembang, salah satunya karena terbentur hak ulayat yang kewenangan sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat hukum adat setempat. Di samping itu, untuk mendapatkan tenaga kerja juga lebih sulit, mengingat jumlah penduduknya hanya berkisar 5 juta jiwa. Angka tersebut dinilai jauh lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat (Jabar) yang merupakan kawasan industri dengan total penduduk mencapai 48,7 juta jiwa. Padahal apabila ditinjau dari segi luas kawasan, Provinsi Sumbar mencapai 42.120 km2 sementara Jabar hanya 37.040 km2. Berdasarkan hal tersebut, terlihat masih banyak kawasan yang masih belum ditempati atau masih berupa tanah-tanah kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Apalagi didukung dengan jenis tanah yang subur pada provinsi ini. Sebagai contoh dataran rendah di sepanjang pesisir Sumatera Barat dapat menjadi tempat ideal untuk pertanian padi, kelapa, dan cengkih. Apalagi bagian utara Sumatera Barat yang dihiasi oleh pegunungan serta terdapat dua gunung berapi aktif yakni Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, menjadikan kesuburan tanah di Sumatera Barat tidak diragukan lagi.
Sektor pertanian di Sumatera Barat hingga saat ini masih memegang peran terbesar sebagai sumber Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sebagaimana disampaikan oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Dr. Ir. H. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc. MM, IPM, ASEAN Eng pada acara Dies Natalis Kampus III Universitas Andalas dengan judul “Strategi Menghadapi Ancaman El-Nino untuk Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Sumatera Barat” menyebutkan bahwa hasil rekapitulasi data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi tertinggi, mencapai 21,20% terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, dibandingkan sektor lainnya seperti perdagangan (16,50%), transportasi dan pergudangan (10,88%), maupun industri yang hanya mencapai 8,54%. Sebagai pembanding, salah satu provinsi tentangga Sumbar yakni Riau seperti yang dilansir dari rri.co.id, struktur pembentuk ekonominya didominasi oleh industri pengolahan (27%), diikuti oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan (25,70%), pertambangan dan penggalian (19,46%), serta perdagangan (11,37%) yang memberikan kontribusi total 83,53% bagi PDRB Riau.
Ditinjau dari segi demografi, data BPS menginformasikan bahwa sebagian besar penduduk usia di atas 15 tahun cenderung bekerja di bidang pertanian. Bahkan, pada 2022, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 939.746 jiwa. Angka tersebut tertinggi di antara semua bidang pekerjaan, misalnya pertambangan, industri, konstruksi dan lain sebagainya. Wakil Gubernur Sumbar juga memaparkan bahwa jumlah rumah tangga keluarga yang mengandalkan penghasilan dari bersentuhan langsung dengan bertani atau bercocok tanam mencapai 94,70%, kehutanan 2,74% dan perikanan 2,56%. Dari hal ini, tentu tidaklah sulit untuk mengembangkan suatu usaha pertanian di Sumbar mengingat hampir sebagian besar penduduknya menggeluti bidang pertanian.
Besarnya dukungan sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) pada sektor pertanian di Sumbar menyebabkan provinsi ini berpotensi menjadi lumbung pangan di Pulau Sumatera yang dapat memasok bahan pangan ke berbagai provinsi lainnya di Sumatera bahkan ke seluruh Indonesia. Adapun langkah yang bisa ditempuh guna mewujudkan Provinsi Sumbar berbasis pertanian ialah fokus pada pembangunan pertanian berkelanjutan. Bentuk pertanian ini bukan hanya sekadar tren, tetapi merupakan langkah progresif menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Segala aspek budidaya tanaman harus dilakukan dengan cara-cara yang tepat tanpa menurunkan daya dukung lahan. Pertanian berkelanjutan memprioritaskan pemeliharaan tanah dengan praktik-praktik organik dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana. Ini membantu menjaga keberlanjutan produktivitas lahan untuk generasi mendatang. Pertanian berkelanjutan tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberdayakan ekonomi lokal. Dengan meningkatkan produktivitas petani lokal dan mengurangi ketergantungan pada bahan impor, pertanian berkelanjutan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan masyarakat setempat.
Tantangan terbesar dari pertanian berkelanjutan ialah rendahnya kesadaran masyarakat akan hal tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan partisipasi dari berbagai pihak, baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Wakil Gubernur Sumbar mengatakan bahwa pemerintah telah mengupayakan kebijakan pembangunan pertanian di Sumbar dengan mengalokasikan 10% anggaran pemerintah untuk sektor pertanian. Tujuannya untuk mewujudkan Sumbar sebagai salah satu lumbung pangan, terutama padi dan jagung yang merupakan komoditas unggulan Sumbar. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain melalui penyediaan benih/bibit unggul bersertifikat, penyediaan alat dan mesin pertanian, hilirisasi produk pertanian, perbaikan jalur irigasi, penyediaan jalan produksi, pengembangan teknis budidaya pertanian berbasis sumber daya lokal dan lain sebagainya. Selain itu, dilakukan peningkatan pengetahuan petani dengan mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis dari praktisi maupun akademisi. Hal ini dilakukan agar sebagian besar petani yang berpendidikan sekolah menengah atas ke bawah memiliki kesempatan untuk mendapatkan materi-materi dan informasi terbaru dalam bidang pertanian. Dari berbagai upaya ini, harapannya Sumbar akan benar-benar menjadi provinsi berbasis pertanian. Di samping itu, melalui kombinasi tradisi, teknologi, dan dukungan dari berbagai pihak, pertanian Sumbar akan terus berkembang, serta memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan ketahanan pangan negara. Semoga.