Kemana Ayah Cinderella selama ini? Mengapa Cinderella diperlakukan tidak adil di rumahnya sendiri?
Tentu banyak versi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Banyak orang akan mengatakan bahwa Ayah Cinderella telah meninggal. Ada pula yang bilang bahwa Ayahnya sedang melakukan pekerjaan yang mengharuskan dirinya bepergian (yang kemudian meninggal dalam perjalanan). Pernyataan Ayah Cinderella yang meninggal hingga tidak dapat membantu putrinya terbebas dari siksaan Ibu dan saudara tirinya lebih umum karena memang versi Cinderella yang paling terkenal, yaitu versi Disney, menyatakan hal tersebut. Namun, beda versi maka beda pula jawabannya karena ada versi yang masih menampilkan tokoh Ayah dalam kisah Cinderella ini, yaitu Cinderella versi Brothers Grimm.
Cinderella versi Brothers Grimm terbit pada tahun 1812 dalam bukunya yang berjudul “Grimm’s Fairy Tales”. Brothers Grimm merupakan penulis yang berasal dari Jerman yang menulis Cinderella versi mereka dengan judul Aschenputtel. Versi mereka memiliki perbedaan dengan versi paling terkenal sebelumnya, yaitu Cinderella dengan judul Cendrillon ou la petite pantoufle de verre yang ditulis oleh Charles Perrault pada tahun 1697. Versi Charles Perrault merupakan versi yang paling dekat dengan versi Disney, sementara versi Brothers Grimm memiliki perbedaan yang mencolok di beberapa bagian dari kisah Cinderella. Perbedaan ini dapat terjadi mengingat pada mulanya dongeng merupakan sastra lisan yang sifatnya tidak tetap karena hanya mengandalkan ingatan sehingga proses transmisi sangat memungkinkan jika terjadi perubahan. Perubahan juga dapat terjadi karena pengaruh latar belakang budaya yang berbeda, penulis memiliki ideologi tersendiri, dan juga tergantung pesan yang ingin disampaikan penulis.
Cinderella versi Brothers Grimm dinilai lebih sadis dan tidak layak untuk anak-anak karena menampilkan tindakan kekerasan yang dilakukan ketika adegan Pangeran mencari Cinderella dengan mencobakan sepatu kepada para perempuan. Pada adegan tersebut, Ibu Tiri memerintahkan anaknya untuk memotong kakinya agar sepatu tersebut pas pada kakinya. Adegan berdarah tersebut berlanjut pada akhir cerita yang menampilkan burung-burung yang mematuk mata para saudara tiri Cinderella tersebut. Adegan-adegan ini memang memberikan pesan secara gamblang tentang akibat yang ditimbulkan dari tindakan-tindakan jahat Ibu dan saudara tiri Cinderella tersebut, seperti apa yang ditanam maka itulah yang dituai.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Ibu tiri dan saudara tiri Cinderella jelas dikategorikan sebagai tindakan kekerasan. Namun, banyak yang tidak menyorot karakter Ayah Cinderella di kisah versi Brother Grimms ini. Pada versi ini, Ayah Cinderella eksis hingga akhir cerita. Karakternya tidak dimatikan seperti karakter pada versi lainnya. Diamnya Ayah Cinderella, mengingat apa yang terjadi pada Cinderella, bukanlah suatu hal yang dapat dibenarkan. Peran Ayah di kisah ini menjadi minor karena dominasi sang Ibu tiri dalam rumah tangga. Sang Ayah bahkan memanggil anak kandungnya dengan nama “Cinderella” yang merupakan julukan yang diberikan oleh para saudara tirinya. Julukan tersebut bukan nama yang baik karena berasal dari penampilan Cinderella yang selalu kotor dan berdebu. Ayah Cinderella tidak pernah berada di pihaknya meskipun Cinderella merupakan anak kandungnya.
Mandulnya peran Ayah dalam kisah ini menunjukkan bahwa Ibu tiri mendominasi rumah yang melumpuhkan power dari seorang Ayah yang seharusnya merupakan pemimpin dalam rumah tangga. Ketidakberdayaannya memihak anak kandungnya bahkan membuatnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Ibu tiri dan saudara tiri dengan memanggil nama anaknya dengan julukan Cinderella. Tidak adanya adegan bahwa ayahnya berusaha membela Cinderella dari tindakan kekerasan juga menunjukkan nihilnya usaha sang Ayah dalam berkuasa di rumah tersebut. Tiadanya kekuasaan yang ditunjukkan sang Ayah bukan dikarenakan kurangnya perannya sebagai seorang provider karena sang Ayah masih digambarkan pergi bekerja bahkan dapat memberikan anak-anaknya gaun, mutiara, dan perhiasan. Sehingga kekuasaan yang hilang bukan disebabkan oleh faktor ekonomi.
Secara tradisional, ayah memang lebih banyak terlibat dalam tanggung jawab melalui pencarian nafkah, namun kurang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan pengasuhan anak sehari-hari. Dalam artikel yang berjudul Who Cares for The Kids? Parenting and Caregiving in Disney Films yang ditulis oleh Jeanne Holcomb, dkk. pada tahun 2015 dijelaskan bahwa banyak laki-laki menyamakan menjadi ayah yang baik dengan kemampuan menafkahi anak-anak mereka secara finansial. Hal tersebut tentu saja tidak cukup mengingat seorang anak juga membutuhkan peran Ayah dalam hidupnya agar terjalin ikatan emosional antara anak dan Ayah.
Dari kisah Cinderella ini, dapat dilihat bahwa peran Ayah masih secara tradisional ditunjukkan karena menguatkan pada sisi Ayah sebagai provider dalam bidang keuangan rumah tangga atau pencari nafkah sehingga berdampak pada kurangnya keterlibatan Ayah pada wilayah domestik yang pada akhirnya terlihat seakan mengabaikan tindakan kekerasan yang terjadi pada anaknya. Representasi ini tentunya dapat berkaitan dengan sosial masyarakat pada masa itu. Selain itu, tokoh Ibu tiri yang dominan juga dapat menjadi pertimbangan terhadap ideologi dan pesan yang ingin disampaikan pengarang. Kajian gender dapat dilanjutkan terkait hal tersebut karena sangat menarik untuk dibahas. Namun, secara keseluruhan, representasi tokoh Ayah dalam kisah Cinderella tidak sesuai lagi dengan peran Ayah pada masa kini yang mendorong sosok seorang Ayah lebih terlibat dalam tumbuh kembang anak.