Bongak

Membangun Karakter dan Literasi Digital bersama Komik karya Anak-Anak

Sastra anak merupakan segala bentuk karya yang ditulis melalui sudut pandang anak dan mencerminkan perasaan anak. Dibandingkan sastra dewasa, sastra anak memiliki keterbatasan, misalnya dari segi pengalaman kehidupan yang dikisahkan, cara mengisahkan, serta bahasa yang digunakan. Sastra anak dapat ditulis oleh orang dewasa dan juga anak-anak. Karakteristik sastra anak lainnya dapat dilihat dari aspek gaya bahasa dan nilai estetika. Karya sastra yang ditulis anak cenderung menggunakan kata-kata sederhana dan lebih sedikit gaya bahasa, sebab pengetahuan kosa kata anak lebih terbatas dan belum sepenuhnya mampu memaknai kehidupan. Walaupun demikian, sastra anak yang ditulis oleh penulis anak tidaklah sedikit. Misalnya program Komik Kecil-Kecil Punya yang digagas Penerbit Mizan, serta pada program Komik Next G oleh Muffin Graphics yang memfasilitasi anak-anak menuangkan ide, gagasan, dan kreativitas mereka ke dalam bentuk komik.

Komik dapat dikategorikan sebagai karya sastra karena selain menyampaikan cerita, di dalamnya terdapat gagasan atau pemikiran tertentu yang kesemuanya dikemas dalam gambar-gambar dan balon yang berisi tulisan-tulisan yang ditampilkan dengan menarik. Komik memiliki dua unsur penting, yaitu narasi dan gambar. Dikutip melalui Burhan, gambar-gambar yang terdapat dalam komik ditujukan untuk merangsang membaca, mengembangkan imajinasi dan rasa keindahan. Oleh karena itu, komik dapat dijadikan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan sesuatu kepada pembaca, melalui cerita, pesan, moral, hingga pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menurut Sardiman adalah pendidikan karakter merupakan upaya untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti, akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai keindonesiaan dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik agar menjadi manusia bermarfabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Proses ini tidak mudah, menutuhkan waktu yang lama, dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan pendidikan karakter adalah agar peserta didik menjadi orang bermatabat, orang yang berkarakter dalam arti yang sebenarnya, dan bukan sekadar hafal secara kognitif apa itu pendidikan karakter dan ciri orang yang berkarakter (Nurgiyantoro, 2010). Maka, pendidikan karakter menggunakan cerita anak merupakan hal yang patut diseriusi melalui pembelajaran sastra di sekolah dan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran (Krissandi, 2018).

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Komik karya Anak

Komik Kecil-Kecil Punya Karya (KKKPK) yang digagas Penerbit Mizan dan Komik Next G oleh Muffin Graphics merupakan program yang memfasilitasi generasi muda usia 8-14 tahun dalam menuangkan ide, gagasan, dan kreativitas mereka ke dalam bentuk komik yang digarap oleh komikus profesional. Program KKKPK sudah berlangsung sejak tahun 2022 dan telah menerbitkan berbagai kompilasi komik yang berisi 4 cerita dalam setiap edisinya. Komik Next G, selain muncul dalam bentuk fisik, juga muncul dalam versi daring yang dapat diakses melalui aplikasi Komik Next G Online. Berikut nilai-nilai pendidikan karakter dalam cerita KKKPK dan Komik Next G.

Kejujuran dan Mengingatkan dalam Hal Kebaikan

Jujur itu Penting merupakan salah satu cerita yang terdapat dalam KKKPK edisi Mangaka Cilik. Cerita ini ditulis oleh penulis Virginia Haqq Alqy yang berusia 15 tahun. Menceritakan tokoh Putri yang ketakutan dimarahi gurunya Miss Laura, karena tidak membawa buku LKS mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Putri yang panik menceritakan permasalahannya kepada teman sekelasnya, Risa. Ketika Putri berniat untuk pulang ke rumah saja dengan alasan ada urusan, Risa menasihatinya bahwa berbohong adalah perbuatan yang buruk. Ia lantas menyarankan agar Putri mengatakan situasi sejujurnya kepada Miss Laura, bahwa ia memang lupa membawa buku LKS tersebut.

Pelajaran dimulai. Putri menuju meja Miss Laura, dengan gugup ia menceritakan keadaannya kepada gurunya. Miss Laura terus menatapnya dan Putri menjadi semakin gugup. Seolah bisa membaca pikiran Putri, Miss Laura justru memuji kejujuran Putri ketimbang mengatakan kebohongan hanya karena takut dihukum. Putri merasa lega dan berterima kasih kepada Risa karena telah mengingatkannya. Jujur menjadi salah satu sikap yang harus dipupuk sejak dini, walaupun kadang dapat memunculkan situasi tidak nyaman bagi yang mengucap dan mendengarnya. Putri beruntung memiliki sahabat seperti Risa yang terus mengingatkannya dalam hal kebaikan. Pada akhirya kejujuran akan membawa pada kelegaan dan orang akan menghargai jika kita berkata jujur.

Mandiri, Bertanggung Jawab, dan Solutif

Gara-gara Wifi merupakan terdapat dalam seri Kunci Juara Kelas oleh Komik Next G.

Ditulis oleh Rachelyta Zahra Bintang C. yang berusia 15 tahun dan diilustrasikan oleh Satrio. Mengisahkan seorang anak perempuan yang diantar ibunya untuk menonton film di bioskop sementara ibunya berbelanja di supermarket. Sang anak diberi uang jajan untuk membeli karcis bioskop dan popcorn. Ibunya berpesan pada sang anak untuk selalu mengabari kalau terjadi sesuatu. Pendidikan karakter dilihat dari didikan sang ibu yang melatih anak memiliki kemandirian dan memiliki sikap tanggung jawab. Anak tidak dilepas begitu saja, tetapi diberikan kepercayaan untuk mengelola uang jajan dan dibekali gadget agar sang ibu dapat memantau keberadaan anak.

Masalah muncul setelah film selesai, anak menunggu ibunya menjemput di bioskop seusai sang ibu berbelanja. Anak perempuan menyadari bahwa ia tidak bisa menelepon sang ibu karena terbiasa memakai Wifi di rumah sehingga lupa mengisi paket data. Ia berinisiatif untuk mencari hotspot terdekat, namun teringat pesan ibunya agar tidak pergi kemana-mana. Anak perempuan memutuskan untuk meninggalkan bioskop sampai akhirnya menemukan hotspot dan segera mengabari ibunya. Sang ibu menyadari waktu menginjak pukul 14:00, sudah seharusnya ia menjemput anak. Melihat antrian kasir yang padat, ia langsung mengabari sang anak dan panik melihat pesannya masih bercentang satu. Ia lantas menelepon anaknya, anak perempuan mengangkat namun suaranya putus-putus. Sang ibu dan anak saling mencari hingga akhirnya saling menemukan.

Keduanya menyadari bahwa kebiasaan memakai Wifi di rumah menyababkan komunikasi sedikit terhambat. Selain nilai pendidikan karakter mandiri dan tanggung jawab, cerita ini juga menggambarkan sosok anak yang memiliki literasi digital. Literasi digital tidak hanya digambarkan dari oleh kemampuan seseorang dalam menggunakan gawai, tetapi juga pemanfaatan digital untuk mencari informasi dan mencari solusi. Tokoh anak digambarkan tidak hanya bersikap pasrah saat menunggu ibunya, tetapi ia juga berinisiatif untuk mencari Wifi dan mengabari ibunya.

Dengan demikian, dua cerita yang dimuat dalam kompilasi komik seri Mangaka Cilik oleh KKKPK dan Komik Next G dapat dijadikan media pendidikan karakter anak, baik sebagai materi pembelajaran maupun pemberian motivasi bagi anak untuk menjadi penulis cerita. Sastra anak merupakan karya yang mengisahkan tentang dunia anak, oleh sebab itu program menulis cerita yang digagas kedua penerbit menjadi hal positif sebab dituturkan melalui sudut pandang anak, serta memuat persoalan yang tengah dihadapi anak. Kedua cerita tidak hanya menggambarkan tokoh-tokoh secara hitam atau putih, tetapi tetap menanmkan nilai-nilai luhur seperti jujur, mandiri, bertanggung jawab, dan mencari solusi dari setiap permasalahan. Selain itu, ceritanya juga disesuaikan dengan kondisi anak-anak saat ini yang telah terpapar dengan gawai dan teknologi, sehingga mengajak pembaca anak untuk menumbuhkan literasi digital melalui penggunaan dan pemanfaatannya dengan bijak.

Andina Meutia Hawa

Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *