Untuk memahami hubungan gender di Indonesia, konstruk masa kini heteronormativitas di Indonesia harus digali. Konsep inti dari heteronrmativitas adalah gairah estetika, institusi, dinamika, motivasi, kode perilaku dan representasi, serta subjektivitas dan identitas yang bersama-sama membentuk struktur keinginan yang kompleks, daya tarik erotis, hubungan seksual, hubungan kekerabatan dan pola kemitraan yang menonjol dalam konteks tertentu. Contoh utama dari kerja heteronormativitas di Indonesia adalah wacana tentang harmoni gender dan keluarga sakinah. Salah satu penulis paling berpengaruh pada topik keluarga sakinah adalah Sugiri Syarief, dokter dan direktur BKKBN yang terkait dengan MoWECP. Pada buku terbarunya pada tahun 2007, ia berpendapat bahwa untuk membangun masyarakat yang bahagia, kita harus mulai dengan yang terkecil unit, yaitu keluarga. Pasangan muda sering bercerai karena mereka tidak dapat membangun keluarga yang harmonis. Buku tersebut ditulis dengan tujuan untuk membimbing mereka.
Sugiri memberikan sejarah keluarga sakinah pada orde baru yakni keluarga sejahtera. Ia mengabaikan kampanye fitnah seksual yang membawa Suharto menuju kekuasaan, yakni genosida yang membunuh Gerwani dan membungkan aktivis feminis. Tidak adanya referensi lahir kembali gerakan perempuan secara independen, bahkan organisasi muslim pun di abaikan. Istri yang baik pada keluarga harmonis dan sakinah diadvokasikan menjadi shalihah. Istri memiliki dedikasi terhadap suami untuk taat dan mengabdi. Selalu menyenangkan hatinya, terutama ketika suaminya pergi bekerja. Istri harus berterima kasih karena suami telah menyediakan kebutuhan sehari-hari. Istri harus menjaga anak, menyusui, dan menjaga reputasi keluarga dan tidak menghamburkan uang. Elemen yang dicantumkan diatas sangat dekat dengan peran gender selama orde baru. Mereka bahkan lebih membatasi sebagai istri shaliha yang menyelesaikan pekerjaan pada ranah domestik. Perempuan shaliha pada era reformasi seharusnya tidak meninggalkan hanya untuk menghadiri pengajian dan aktivitas sosial ekonomi di PKK dan Darma Wanita.
Berkenaan dengan pertanyaan seksualitas pada keluarga sakinah diberikan babhwa salah satu fungsinya adalah reproduksi dan sex adalah sebagaimana yang diharapkan (heteroseksualitas, bukan homoseksualitas). Keluarga diingatkan bahwa personality disorder dan perilaku menyimpang seperti tendensi homoseksual, paranoia atau kepribadian ganda yang mana dialihkan dari norma saat ini ditengah masyarakat karena ketidakhadiran figur ayah yang baik. Berhubungan dengan HIV/AIDS, Sugiri menandai bahwa untuk mencegah infeksi seseorang harus menahan diri dari bentuk perilaku yang menyebarkan penyakit seperti zina, perilaku seksual menyimpang, sodomi, homoseksualitas, lesbianisme, dan lain sebagainya.
Sugiri tidak sendirian dalam mempromosikan peran gender konservatif. Buku panduan tentang cara membangun keluarga sehar dan sakinah juga diterbitkan pada tahun 2008 serta mendapat dukungan dari Kementerian Agama dan MUI. Buku ini dapat dianggap sebagai pandangan resmi Islam konservatif di Indonesia tentang masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas. Jenis pendidikan yang dibutuhkan harus didasarkan pada ajaran agama, terutama yang dibutuhkan kaum muda untuk memahami dengan jelas. Identitas gender yang terpenting karena sebagaimana dinyatakan dalam hadits, Allah sangat marah kepada laki-laki yang berperilaku seperti wanita dan sebaliknya. Jika ajaran ini tidak dipahami dengan baik, pelanggaran dan perilaku seksual menyimpang dapat mengikuti. Untuk mencegah homoseksualitas, orang muda dari jenis kelamin sama tidak boleh tidur bersama. Kisah Nabi Luth dikutip untuk membuktikan maksudnya.
Gender Harmoni yang Dipropaganda oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
Pada awal tahun Reformasi, kementerian mengambil prinsip pemberdayaan dengan serius. Namun, pada tahun 2009, tugas utama ditambahkan untuk perlindungan anak. Kenyataan ini berarti bahwa pemberdayaan perempuan digantikan dengan fokus untuk menjadi ibu. Jenis ibu yang terlihat dipromosikan bukan militan, atau ibu politik seperti orde lama, namun keibuan yang shaliha sebagaimana yang didorong oleh Sugiri. Pada tahun 2008, kementerian menerbitkan buku ‘keluarga sebagai instrumen membangun masyarakat tanpa kekerasan’. Sebagai rute menuju tujuan tersebut, ia menganjurkan bahwa sebuah keluarga sejahtera hanya bisa didasarkan atas pernikahan yang sah. Indikator lain untuk keluarga yang makmur adalah kesejahteraan materi dan perdamaian, baik secara internal maupun lingkungan. Laki-laki terkadang masih berperilaku seperti diktator terhadap istri dan anak mereka.
Untuk mempopulerkan konsep harmoni gender, Yayasan Gender Harmoni Surjadi mengadakan konferensi di Bandung Mei 2012. Erna Surjadi menjelaskan bahwa lebih mudah bagi pria untuk menerima konsep harmoni gender daripada konsep kesetaraan gender. Untuk membujuk pria agar menerima istilah itu, wanita harus belajar untuk untuk berkomunikasi dengan lebih baik. Penerimaan ketidaksetaraan gender dan biner gender sangat dipropaganda oleh kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Pada saat yang sama di klaim bahwa perbedaan gender adalah alami, ada desakan kuat bahwa perbedaan gender ini harus ada sejak usia muda. Dukungan UNFPA untuk gerakan Gender Harmony mengejutkan. Tidak hanya menopang deklarasi harmoni gender 2012, tetapi juga mendukung keharmonisan gender di Indonesia pada berbagai kesempatan. Misalnya, didanai pelatihan keharmonisan gender di Indonesia dengan berbagai kesempatan.
Posisi feminis pada konsep keluarga sakinah dikemukakan dalam modul dari organisasi wanita muslim Rahima. Ia berpendapat bahwa keluarga bahagia menurut ajaran islam juga dapat dibangun di atas kesetaraan, tanggung jawab bersama, kerja sama timbal balik, dan rasa hormat. Modulnya juga berurusan dengan bentuk pernikahan selain dari pernikahan hukum monogami. Definisi keluarga sakinah adalah keluarga yang memegang prinsip kesetaraan dan keadilan antara istri maupun suami dan antara anak dan keluarga. Hal ini menjadi alasan pentingnya penasihat agama belajar mengenai kesetaraan dalam pernikahan.