Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan saat mengisi kekosongan waktu adalah dengan karaoke, baik bersama keluarga tercinta atau dengan teman-teman. Namun, apakah kita tahu dari mana sebenarnya sejarah lahirnya dan munculnya karaoke? Menurut sejarah, karaoke berasal dari kota Kobe di Jepang. Karaoke berasal dari kata “kara” yang berarti kosong dan “oke” yang merupakan bentuk pendek dari “orkestra”. Menurut The Complete Directory to Prime Time Network TV Shows (1992), perbedaan utama antara Sing Along dan karaoke adalah tidak adanya vokalis utama.
pada awalnya karaoke merupakan sekadar hiburan ringan yang biasa disajikan para pebisnis Jepang selepas jam kantor atau saat menjamu klien. Namun karaoke dianggap dapat menetralisir perasaan stres dengan cara bernyanyi. Kemudian hiburan ini pun berkembang ke arah yang lebih massal. Maka dikenalah tempat-tempat khusus berkaraoke seperti yang banyak dijumpai saat ini. Di Indonesia sendiri karaoke mulai menjadi tren sejak usaha ini dibuka tahun 1998, terlebih-lebih sejak tahun 2005 bisnis karaoke mulai menjadi salah satu tempat hiburan alternatif bagi orang-orang yang menginginkan hiburan sekaligus menyalurkan hobi mereka bernyanyi.
Boleh dibilang, produk karaoke bersinar setelah munculnya player (pemutar) lagu-lagu karaoke yang mampu memutar “lagu kosong” dalam kuantitas ribuan. Hal itu dianggap tepat saat media VCD atau DVD karaoke dianggap kurang variatif dan akomoditif. Player karaoke dengan ribuan lagu umumnya menyimpan data dalam file Midi atau MP3 yang kemudian di-compress dalam sebuah CD (hardisk). Satu CD sanggup menyimpan hingga 30.000 lagu atau lebih. Namun untuk kualitas suara, format midi atau MP3, sudah pasti kurang dibandingkan CD audio khusus.
Karaoke Rumahan dan Ruang Ekspresi Baru
Karaoke rumahan muncul sebagai alternatif hiburan yang murah meriah. Cukup dengan speaker yang dibeli dengan harga sejutaan, serta paket data yang bisa terhubung dengan youtube maka kita dengan bebas dapat mengekspresikan suara dalam bentuk nyanyian, dan yang terpening tidak perlu suara bagus, modal nekat meski suara cempreng seperti kaleng kosong, yang penting pede.
Kini kita tidak perlu lagi menunggu moment-moment hajatan keluarga atau tetangga, acara panggung hiburan hari kemerdekaan yang digelar di balai desa bila hanya untuk menyumbang suara diatas pentas, cukup dengan karaoke rumahan yang murah meriah.
Menjamurnya karaoke rumahan menjadi pertanda munculnya gaya baru kelas bawah sebagai bentuk ekspresi dan penegasian terhadap perkembangan hiburan di masyarakat dan lingkuangan sosial. Hampir setiap malam khususnya malam minggu dapat kita jumpai dimana saja hiburan karaoke rumahan. Di gang- gang rumah, di pinggir jalan, kumpulan-kumpulan kecil di pos ronda yang kemudian menggelar acara karaoke bersama.
Meski sebagai hiburan low budget karaoke rumahan menjadi ruang bagi sesama individu untuk saling bertemu dan bersapa. Sembari menunggu giliran bernyanyi biasanya beberapa orang sesekali ngobrol untuk bertanya kabar dan aktivitas yang dikerjakan selama seharian. Tawa canda menjadi penghias dan pelengkap karaoke rumahan.
Munculnya karaoke rumahan ternyata memilki dampak lain khususnya bagi rumah karaoke berbayar seperti KTV yang banyak di perkotaan. Bagi bapak-bapak yang tinggal di desa dan sudut gang karaoke rumahan tentu saja menjadi pilihan yang paling memungkinkan untuk melepas candu bernyanyi. Mungkin berbeda dengan kelas menengah atas bak eksekutif yang cendrung menyalurkan hobi bernyanyainya di rumah karaoke berbayar seperti di bar ataupun KTV. Tentu saja tujuannya berbeda, bisa saja sebagai entertain dalam pergaulan bisnis dengan para kleint atau pertemanan sebagai sesama pengusaha.
Karaoke rumahan sebagai alternatif dalam menyalurkan hasrat bernyanyi menjadi bisa diterima oleh kalangan kelas bawah. Selain murah meriah juga jauh dari kesan negatif seperti yang sering disematkan kepada rumah-rumah karaoke yang menggunakan jasa pemandu karaoke. Karaoke rumahan menjadi lebih aman dan ramah terhadap kantong.
Bernyanyi dan Ekspresi Kebebasan
Tidak semua yang bernyanyi saat karaoke rumahan digelar memiliki suara yang bagus dan merdu. Tak jarang pada saat bernyanyi kita dengarkan suara yang fals, balapan suara dengan musik bahkan seperti berusaha belajar membaca teks lirik dengan menghiraukan musik. Tentu saja disatu sisi mengganggu bagi yang mendengar, alih-alih ingin mendengarkan suara yang bagus dan merdu yang ada justru mendengarkan orang yang sedang belajar bernyanyi.
Karaoke rumahan tidak menilai suara bagus atau tidak, karena memang juga bukan kontes bernyanyi, tapi ekspresi bernyanyi sebagai bentuk peluapan atas kepenatan hidup dan tekanan dari pekerjaan. Orang dapat meluapkan segala bentuk hasrat masalah hidupnya dengan bernyanyi, soal suara nanti dulu, syukur-syukur suaranya bagus dan enak di dengar telinga.
Karaoke rumahan hadir sebagai salah satu alternatif hiburan yang merakyat yang kini terus menjamur hampir diseluruh kota dan desa. Fenomena ini menjadi pertanda bahwa bernyanyi adalah ekspresi kebebasan yang lahir dari kegaduhan realitas hidup yanng ingin disalurkan dengan cara yang berbeda.