Minggu (30/7), tepat pukul 11.00 siang, saya janji bertemu seorang kawan, Andre. Rencana kami akan pergi dari kota Padang ke Pariaman untuk menyaksikan perayaan Hoyak Tabuik secara langsung.

Meskipun ini pengalaman pertama, kami sangat antusias. Saya hidupkan mesin Honda Beat, dan segera menuju Kafe Harmonis menjemput Andre, tempat kami biasanya berkumpul sambil menyeruput kopi dan berdiskusi tentang berbagai hal.

Di kafe itu, Andre sudah menunggu dengan santai sambil mengisap tembakau Gayo yang digulung dalam pipa buatannya sendiri. “Ayo gas!” kata Andre dengan semangat. Tanpa ragu, kami mulai perjalanan menuju Pariaman melalui jalan raya Bypass.

Kecepatan motor kami stabil, dan di saat itu saya beri saran pada Andre bahwa perjalanan ini sebaiknya dinikmati seperti perjalanan Che Guevara ketika menjelajahi Amerika Latin dengan sepeda motornya. Tidak perlu terburu-buru, karena tidak ada yang harus dikejar. Terlebih lagi, ini pengalaman pertama menyaksikan Festival Tabuik sebagai perantau di Kota Padang.

Kami terlibat obrolan ringan di atas motor tentang film-film yang mengisahkan perjalanan Che Guevara yang pernah ditonton oleh Andre. Saya terbawa jauh ke masa lebih dari 20 tahun yang lalu, saat seorang teman pernah memberikan selebaran perjuangan kaum Zapatista di Amerika Latin yang menampilkan gambar Che Guevara. Sosok yang dahulu saya kenang dalam kaos oblong dan poster di dinding kamar kos saat masa kuliah.

Ingatan saya terputus ketika kami hampir tersesat di pertigaan yang mengarah ke Bandara. Dengan cepat, Andre menggunakan Google Maps untuk mengoreksi arah, dan kami segera berbelok kanan menuju Ulakan, yang ternyata searah dengan makam Syaikh Burhanuddin, seorang tokoh agama yang selalu ingin saya kunjungi sejak dulu tapi tak pernah ada momen. Kurang dari satu jam kemudian, kami berhenti sejenak untuk menikmati gorengan dan memesan minuman segar di tepi jalan.

Saya memilih teh dingin, sementara Andre lebih menyukai jus jeruk. Kami istirahat selama sekitar 20 menit di warung sebelum melanjutkan perjalanan.

Saat jam menunjukkan pukul 15.30, kami tiba di depan Masjid Syaikh Burhanuddin. Ke arah makam, saya berhenti membeli gelang kecil sebagai kenangan. Tak lama kemudian, kami memasuki kompleks makam yang dijaga oleh beberapa orang. Kami membaca ayat Alquran dan berdoa yang terbaik.

Setelah selesai berziarah, kami melanjutkan perjalanan ke pantai. Tujuan kami sangat jelas, yaitu menyaksikan perayaan Tabuik untuk pertama kalinya.

Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan motor, melewati jalan di sepanjang pantai yang memukau. Kendaraan bermotor dan mobil melintas di kanan-kiri, menciptakan suasana yang ramai di jalan. Meski saya agak canggung mengendarai motor untuk perjalanan jarak jauh, saya menyadari bahwa tidak ada yang harus dikejar di dunia ini selain hal-hal yang memang benar-benar penting.

Perlahan-lahan, kami semakin mendekati lokasi Festival Tabuik di Pantai Gandoriah. Petugas polisi lalu lintas terlihat mengarahkan arus kendaraan untuk berbelok ke arah kiri menuju pantai. Upaya untuk mencegah kemacetan yang parah. Kami mengikuti petunjuk dari petugas tersebut dan menuju area pantai Gandoriah.

Kami dengan cepat mencari tempat untuk memarkir motor di tengah membludaknya kendaraan. Seorang pemuda setempat menawarkan kami tempat parkir di dekat rumah penduduk. Setelah kami memarkir motor dan membayar biaya parkir Rp5000, kami berjalan kaki melintasi jalan yang sangat ramai karena banyaknya kendaraan dan pengunjung.

Terlepas dari ekspektasi saya, tempat parkir motor ternyata cukup jauh dari lokasi Festival Tabuik. Kami harus melewati beberapa taman, tempat-tempat pertunjukan, dan banyak penjual makanan dan minuman sebelum akhirnya kami tiba di area upacara Tabuik.

Akhirnya, kami sampai di area di mana panggung Tabuik berada, yang dipadati oleh ratusan hingga ribuan orang. Panggung ini tidak jauh dari bibir pantai, dan waktu sudah menunjukkan pukul 16.10. Di panggung tersebut, para pejabat pemerintah sedang berpidato lalu memberikan penghargaan atas kontribusi masyarakat dalam penyelenggaraan Festival Tabuik tahun 2023.

Penting untuk dicatat bahwa Tabuik akhirnya diakui sebagai aset budaya masyarakat Pariaman. Di atas langit, beberapa drone terbang dengan lincah untuk mengabadikan momen formal ini.

Ketika waktu mendekati pukul 18.00, dua benda raksasa yang disebut Tabuik, berbentuk kuda Burak (Buraq) dengan tinggi mencapai 12 meter, siap untuk diarak menuju pantai. Menurut salah satu warga lokal Pariaman, nilai dari kedua kuda Burak Tabuik tersebut diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Kedua Tabuik tersebut diberi nama Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang.

Saya dan Andre bersiap-siap menyaksikan prosesi akhir pembuangan Tabuik ke pantai. Drone-drone di langit semakin bergerak aktif untuk mencari posisi terbaik dalam mengambil gambar dan merekam video. Di laut, beberapa perahu kecil sudah bersiap, dengan penumpangnya yang sudah menunggu untuk menyaksikan momen pembuangan Tabuik.

Beberapa orang mulai mengarak kedua Tabuik menuju pantai. Seolah-olah Tabuik tersebut begitu ringan, dalam waktu singkat kedua konstruksi tersebut tiba di bibir pantai, dan siap untuk dijatuhkan dan dihancurkan oleh para pengusungnya.

Beberapa anak kecil naik setinggi mungkin dan merusak payung-payung kecil yang menghiasi kedua Tabuik tersebut. Dalam waktu singkat, Tabuik yang semula megah itu menjadi kenangan, hancur menjadi kepingan-kepingan kecil.

Tidak lama setelah prosesi pembuangan Tabuik selesai, ratusan hingga ribuan pengunjung mulai bergerak pulang. Ruang gerak sangat terbatas, dan lalu lintas kendaraan mulai tersendat. Kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa dan bergerak menuju anjungan Pantai Gandoriah untuk menikmati pemandangan sunset dan merasakan suasana yang lebih tenang.

Setelah salat Magrib, kami duduk menikmati makan malam di salah satu warung di tepi pantai, sambil bersiap kembali ke kota Padang. Sampai jumpa tahun depan, Festival Hoyak Tabuik 2024.

Muhammad Thaufan Arifuddin

Pengamat Media, Politik dan Demokrasi. Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *