Alergi makanan menjadi perhatian serius terutama bagi anak-anak. Reaksi alergi makanan pada anak pun beragam, mulai dari ruam ringan pada kulit hingga reaksi serius seperti syok anafilaksis yang berbahaya seperti sesak napas atau bahkan penurunan kesadaran. Dalam dua dekade terakhir, jumlah anak yang mengalami alergi makanan terus meningkat secara dramatis, sehingga menjadi masalah kesehatan yang penting di berbagai negara, termasuk Indonesia. Penyebab dasar dari alergi makanan terletak pada kurangnya toleransi sistem kekebalan tubuh terhadap protein tertentu yang ada dalam makanan. Ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terlalu keras terhadap protein tersebut dan menganggapnya sebagai ancaman, maka reaksi ini akan mengakibatkan gejala alergi.
Anak-anak, terutama mereka yang masih dalam masa pertumbuhan, berisiko lebih tinggi terkena alergi makanan. Jumlah anak yang mengalami alergi makanan terus meningkat, bahkan mencapai sekitar 10% di beberapa daerah. Faktor genetik, lingkungan, dan cara gen berinteraksi dengan lingkungan, semuanya turut berperan dalam peningkatan ini. Lantas bagaimana mendeteksi sekaligus mencegah alergi makanan?
Proses mendeteksi alergi makanan memerlukan pendekatan yang komprehensif. Ini melibatkan melihat riwayat medis secara rinci, melakukan tes darah untuk melihat antibodi IgE yang spesifik terhadap alergen, mencoba pola makan eliminasi, dan bahkan melakukan uji makanan dengan cara tertentu. Semua langkah ini membantu medis memahami dengan jelas apa yang menyebabkan alergi dan membantu merencanakan pengelolaan yang tepat.
Bagaimana Langkah Mengelola Alergi Makanan?
Strategi umum yang digunakan saat ini adalah dengan menghindari makanan yang memicu alergi secara ketat. Namun, pendekatan ‘pasif’ ini tidak terlalu efektif untuk menghindari risiko reaksi alergi yang tidak terduga karena kontaminasi makanan. Karenanya, kita memerlukan pendekatan yang lebih proaktif. Penelitian tentang terapi imun khusus untuk alergi makanan terus berkembang sehingga memberikan harapan untuk pengelolaan yang lebih efektif. Pengembangan pendekatan ‘aktif’ semacam ini diprediksi bisa mengubah cara seorang anak menghadapi alergi makanan, sehingga anak mampu lebih baik dalam menghadapi alergen.
Pencegahan semakin diakui sebagai hal yang sangat penting dan efektif dalam pengelolaan alergi makanan. Memperkenalkan makanan yang bervariasi dan berpotensi alergen kepada bayi saat mereka masih dalam tahap pengenalan makanan telah terbukti mengurangi risiko alergi makanan. Langkah proaktif ini merupakan langkah maju yang besar dalam mengurangi jumlah anak yang menderita alergi makanan. Memberikan dukungan kepada anak-anak dengan alergi makanan memerlukan usaha dari berbagai pihak. Orang tua, sekolah, dan komunitas perlu diberi informasi tentang alergi makanan dan tindakan darurat yang harus diambil. Menjadikan lingkungan yang aman bagi anak-anak dengan alergi untuk berinteraksi sosial adalah kunci.
Dengan kombinasi upaya deteksi dan pencegahan dini, peningkatan pengetahuan, dan terapi inovatif, kita bisa menatap masa depan yang lebih aman dan sehat bagi anak-anak dengan alergi makanan.