Bayi adalah karunia yang berharga dalam hidup kita. Pertumbuhannya yang sehat adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua dan masyarakat. Salah satu langkah penting dalam memastikan pertumbuhan optimal bayi adalah melalui pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang sehat. Namun, masih banyak orang tua yang belum sepenuhnya memahami panduan dan praktik terbaik dalam memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka.
Sebuah kajian luas yang dilakukan di berbagai belahan dunia telah mengungkapkan bahwa banyak orang tua tidak mengikuti pedoman internasional terkait pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi. Faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, status sosial-ekonomi, usia, budaya, dan etnis memengaruhi sejauh mana orang tua mematuhi pedoman ini. Cara memberi makan selama masa bayi, baik melalui ASI atau susu formula, serta pendekatan dalam melepaskan bayi dari ASI, seperti baby-led weaning (menyapih dengan makan sendiri) atau traditional spoon-feeding (menyapih dengan sendok), juga memprediksi perilaku pemberian makanan pendamping ASI.
Salah satu hal yang mengkhawatirkan adalah tingginya jumlah orang tua yang memulai pemberian makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia 4 bulan, terutama di Amerika Serikat. Data menunjukkan bahwa hampir sepertiga bayi di sana diperkenalkan pada makanan pendamping ASI dalam usia yang terlalu dini. Ini merupakan masalah serius mengingat adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI yang sangat dini dengan risiko obesitas dan adipositas pada masa kanak-kanak. Sebuah analisis jangka panjang di Belanda menemukan bahwa bayi yang diberi makanan pendamping ASI sebelum berusia 4 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk kelebihan berat badan antara usia 1 hingga 17 tahun.
Meskipun begitu, tidak seluruhnya menghindari pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat dianggap sebagai solusi yang baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menunda pemberian makanan pendamping ASI lebih dari 7 bulan dapat meningkatkan risiko kekurangan gizi pada bayi. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami keseimbangan yang tepat antara memulai pemberian makanan pendamping ASI, tidak terlalu dini dan tidak terlalu lambat.
Tidak hanya itu, terdapat temuan menarik terkait pemberian makanan alergenik, seperti kacang dan telur, serta tekstur makanan yang berbutir. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Eropa, banyak orang tua yang memperkenalkan makanan-makanan ini terlambat. Bahkan, hanya sekitar separuh dari bayi di Amerika Serikat yang diperkenalkan pada makanan berbutir pada usia 8-9 bulan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan alergi makanan, serta perubahan panduan terbaru terkait makanan alergenik.
Namun, penting untuk diingat bahwa pemberian makanan pendamping ASI yang sehat tidak hanya berkaitan dengan jenis makanan yang diberikan, tetapi juga dengan konsumsi gula dan makanan olahan. Data menunjukkan bahwa konsumsi gula tambahan pada bayi, terutama di Amerika Serikat dan Brasil, cukup tinggi. Ini menjadi perhatian serius karena makanan manis dan makanan olahan berkontribusi pada asupan energi berlebih dan dapat menggantikan makanan yang lebih bergizi.
Dalam menghadapi tantangan ini, perlunya praktik pemberian makanan pendamping ASI yang responsif juga perlu ditekankan. Meskipun masih ada keterbatasan dalam penelitian terkait praktik ini, beberapa penelitian menunjukkan bahwa praktik pemberian makanan pendamping ASI yang responsif berkaitan dengan berat badan yang lebih sehat pada anak-anak.
Dengan demikian, dalam menjalani peran penting sebagai orang tua, penting untuk mengutamakan gizi optimal bagi pertumbuhan bayi. Mematuhi panduan pemberian makanan pendamping ASI yang sehat, memilih waktu yang tepat, serta mempertimbangkan jenis makanan yang diberikan adalah langkah penting dalam menjaga pertumbuhan dan kesehatan optimal bagi generasi masa depan. Kita semua memiliki tanggung jawab bersama untuk memberikan dasar yang kuat bagi pertumbuhan anak-anak kita.