Bongak

Dinamika Politik (Praktis) di Desa

Di sebuah desa terpencil, politik memiliki nuansa tersendiri. Baru-baru ini, desa nun jauh menjadi saksi pemilihan kepala desa yang penuh kontroversi, yang sayangnya jauh dari citra pesta demokrasi yang menyenangkan. Kompleksitas dalam politik desa ini disebabkan oleh sejumlah faktor yang saling berinteraksi. Salah satunya adalah tingginya fanatisme politik yang menghantui warga desa. Mereka dengan keras mendukung calon masing-masing, hingga menciptakan atmosfer yang penuh ketegangan. Diskusi panas dan perdebatan emosional sering terjadi, di mana pendukung calon sulit menerima pandangan dari pihak yang berseberangan. Ini bukan lagi perdebatan konstruktif, melainkan pertarungan sengit yang merenggut kerukunan.

Peran politik uang juga turut ambil bagian dalam pertarungan politik di desa tersebut. Calon dengan sumber daya finansial lebih besar memanfaatkannya untuk memengaruhi pemilih. Hal ini mengakibatkan ketidaksetaraan dalam persaingan politik, di mana calon yang berduit memiliki keunggulan signifikan sementara yang lain mesti berjuang keras untuk bersaing.

Warung kopi, yang sebelumnya menjadi tempat berkumpul santai dan berbincang, kini berubah menjadi medan pertempuran politik. Warga desa berkumpul di sana untuk membicarakan politik, tetapi sering kali diskusi berubah menjadi perdebatan sengit dan penuh emosi. Warung kopi tak lagi menjadi tempat yang ramah untuk berbicara, melainkan arena tegangan yang melebihi dinamika rapat anggota dewan di parlemen. Yang lebih menyedihkan, politik telah masuk ke rumah-rumah di desa. Keluarga terpecah belah karena perbedaan pandangan politik. Suami melawan istri, anak melawan orang tua, bahkan saudara kandung terjebak dalam pertengkaran karena mendukung calon yang berbeda.

Kisah politik di desa ini mencerminkan bagaimana dinamika politik bisa berdampak pada tingkat yang sangat lokal-akar rumput. Konflik dan ketegangan merajalela, merusak hubungan sosial yang telah terjalin selama bertahun-tahun. Diperlukan solusi bijak untuk mengembalikan harmoni di dalam komunitas desa, sekaligus pemahaman akan kompleksitas politik di tingkat desa yang terkadang lebih rumit daripada di tingkat nasional.

Namun, yang lebih penting adalah mengatasi masalah kemiskinan yang masih menghantui desa tersebut. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatat bahwa tingkat kemiskinan di desa pada tahun 2020 mencapai 15,91%, yang berarti masih ada sekitar 14,7 juta penduduk desa yang hidup dalam kondisi ekonomi yang serba sulit. Sayangnya, penyaluran dana desa oleh pihak berwenang belum berjalan dengan lancar. Ada kendala dalam penggunaan dana desa yang terkait dengan penyelewengan oleh aparat desa. Meskipun dana tersebut diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan mengurangi kemiskinan, ada kasus di mana dana tersebut tidak digunakan dengan efektif atau bahkan disalahgunakan oleh pihak berwenang di tingkat desa. Penyelewengan ini dapat berupa tindakan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, atau kurangnya transparansi dalam penggunaan dana. Masyarakat desa yang seharusnya mendapat manfaat dari dana tersebut malah merugi. Akibatnya, ketidaksetaraan dalam tingkat kesejahteraan di desa semakin memburuk, meskipun ada upaya untuk mengatasi kemiskinan. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan lembaga terkait harus meningkatkan pengawasan, transparansi, dan memberikan pelatihan kepada aparat desa dalam mengelola dana desa. Hal ini diperlukan dan penting agar dana tersebut dapat benar-benar memberikan dampak positif dan membantu mengatasi kemiskinan di desa-desa Indonesia. Partisipasi aktif masyarakat desa dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan dana desa juga dapat membantu meminimalkan risiko penyelewengan dan meningkatkan akuntabilitas.

Dalam keseluruhan konteks ini, adalah tugas bersama untuk mengatasi tantangan politik dan ekonomi yang dihadapi oleh desa tersebut. Ini bukan hanya masalah lokal, tetapi juga cerminan dari sejumlah permasalahan yang bisa ditemui di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Ahmad Muhajir

Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *