Mejeng

Psikoedukasi Dosen Unand: Kesehatan Mental pada Remaja

Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (2022), 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku. Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada masa remaja dapat menimbulkan kondisi  negatif seperti cemas, depresi, bahkan memicu munculnya gangguan psikotik.

Dalam rangka pengabdian kepada masyarakat sekaligus sebagai upaya preventif terhadap penyakit gangguan mental pada remaja, Dosen Fakultas Keperawatan (FKEP) Universitas Andalas (UNAND) menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) pada remaja di Salingka Kampus, tepatnya di SMP Negeri 23 Kota Padang. Kegiatan ini dilakukan pada Jumat (4/8) kemarin, dengan bertajuk: Remaja Sehat, Remaja Bermental Kuat, Meraih Prestasi.

Psikoedukasi bisa menjadi salah satu solusi yang bisa diberikan kepada para remaja dalam pencegahan masalah psikososial yang mereka alami, untuk mencegah terjadi nya prilaku buruk seperti depresi hingga beresiko bunuh diri. Adapun edukasi kesehatan mental yang disampaikan dalam kegiatan PKM ini adalah terkait pengetahuan tentang tumbuh kembang psikososial usia remaja yang diberikan oleh Ns. Windy Freska, M.Kep.

Sementara, tim dosen dalam PKM yang terlibat terdiri dari: Dr. Ns. Rika Sarfika, S. Kep., M.Kep.; Ns. Mahathir, M. Kep., Sp. Kep.Kom.; Dr. Ns. Atih Rahayuningsih, M.Kep., Sp. Jiwa; Ns. Bunga Permata Wenny M.Kep., S.Kep., M.Kep.; Ns. Randy Refnandes, S.Kep., M.Kep.; Agus Sri Banowo, S. Kp., M.PH.; Ns. Siti Yuli Harni, M.Kep., Sp. Kep., Kom; Ns. Devia Putri Lenggogeni, M.Kep., Sp. Kep. MB.; dan Ns. Sovia Susianty, M. Kep.

Kegiatan berpusat pada deteksi dini kesehatan mental pada remaja. Mendeteksi ciri-ciri gangguan mental pada remaja tidaklah mudah. Banyaknya hal baru yang ditemui dan dipelajari dapat memicu anak di usia pubertas mengalami perubahan perilaku atau suasana hati. Kendati demikian, perubahan tersebut tidak bisa lagi dianggap normal jika sudah mengganggu kehidupan sehari-hari dan tidak sesuai dengan usianya. Pada setiap anak, ciri-ciri gangguan mental yang muncul bisa berbeda-beda, tergantung usia, jenis penyakit yang dialami, dan tingkat keparahannya.

Tidak kalah antusiasnya ketika mengisi kuisioner deteksi dini kesehatan mental remaja, para siswa SMP Negeri 23 Kota Padang tampak memperhatikan materi dan sesekali bertanya terkait materi yang disampaikan. Hal ini diharapkan dapat menambah wawasan para siswa tentang pengetahuan terkait tumbuh kembang psikososial pada usia remaja. Tidak hanya itu saja para dosen juga membagikan beberapa hadiah lawang (doorprize) kepada para siswa yang mengikuti kegiatan PKM tersebut. 

Masa anak dan remaja yang masih erat kaitannya dengan masa perkembangan membuat adanya kesulitan dalam melakukan diagnosis dan memberikan perlakuan. Kesulitan ini muncul karena tidak ada garis yang jelas dalam membedakan perkembangan yang normal dan abnormal. Kesehatan mental melibatkan lebih dari masalah medis. Banyak faktor yang memengaruhi, seperti adanya faktor sosial ekonomi. Masalah kesehatan mental dapat muncul di berbagai area mulai dari ranah individu seperti penyalahgunaan zat, kejahatan, kekerasan, kehilangan produktivitas hingga bunuh diri.

Dosen FKep Unand saat berikan psikoedukasi pada siswa SMPN 23 Padang (4/8) (Foto: Windy Freska)

Kesehatan mental pada remaja juga melibatkan kapasitasnya untuk dapat berkembang dalam berbagai area seperti biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Oleh karenanya, penting bagi remaja memahami tahapan perkembangan sebagai upaya untuk melihat adanya indikasi permasalahan pada perkembangan anak dan remaja. Anak yang memiliki kesehatan mental memiliki ciri-ciri yang dapat kita amati dari proses perkembangannya. Kualitas kesehatan mental individu pada masa anak-anak memengaruhi kesehatan mental mereka di masa dewasa. Melakukan promosi terhadap kesehatan mental anak dan remaja artinya meningkatkan kesehatan mental masyarakat di masa depan secara keseluruhan. Upaya pemberian dukungan pada kesehatan mental dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu promosi, prevensi, dan intervensi (kurasi).

Merancang upaya dukungan terhadap kesehatan mental pun perlu dilakukan secara sistemik dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari orang tua (keluarga), guru atau pihak sekolah, komunitas, serta pemerintah. Promosi kesehatan mental bertujuan untuk mempromosikan kesehatan mental yang positif. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatan kesejahteraan psikologis, kompetensi, ketahanan manusia, serta menciptakan kondisi dan lingkungan hidup yang mendukung.

Windy Freska

Dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *