Sele - Sele

Wisata Sejarah di Museum Asia Afrika

Dilansir dari situs CNN bahwa pada tahun 2021, Bandung berada di peringkat nomor 2 dari 7 kota wisata terkenal di Indonesia. Bandung terkenal dengan berbagai tempat wisatanya yang menarik, mulai dari wisata alam, hiburan, kuliner hingga belanja. Beberapa sudut di kota ini juga masih kental dengan sentuhan era kolonial, sehingga pada beberapa jalan terkesan seperti sedang berada di kota tua Eropa. Selain itu, udaranya yang sejuk terutama di pagi hari, membuat jalan-jalan di Bandung menjadi sangat asyik sembari menikmati pemandangan. Tentunya juga terdapat banyak spot foto cantik dan instagramable. Karenya, tidak heran jika pada beberapa titik di kota Bandung menjadi sangat padat. Jika ke Bandung pada akhir pekan, kita akan melihat banyak mobil plat Jakarta yang memenuhi kota ini. Walaupun beberapa jalan di Bandung menyediakan trotoar yang cukup luas, tetap ada banyak juga jalanan yang tidak memiliki trotoar. Di beberapa sudut kota Bandung juga sering terlihat mobil yang parkir di jalan karena minimnya lahan parkir. Namun hal ini tidak menyurutkan animo wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, untuk mengunjungi kota Bandung. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mencatat bahwa Yogyakarta dan Jawa Barat masih menjadi daerah yang paling banyak dikunjungi pada libur Natal dan tahun baru.

Sebagai salah satu kota pelajar terbesar di Indonesia, Bandung juga menjadi destinasi bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ataupun mencari penghidupan. Banyaknya kampus terkenal di Bandung seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Parahyangan dan sebagainya, yang menjadi bukti bahwa kota ini sarat akan nilai edukasi. Tidak cukup itu saja yang ditawarkan oleh si Kota Kembang, Bandung juga menwarkan destinasi wisata religi seperti Mesjid Al-Jabbar yang didesain seolah-olah terlihat seperti masjid terapung. Serta Mesjid Raya Bandung yang di sisi luarnya terdapat alun-alun Kota Bandung. Selain aspek-aspek wisata yang disebut atas, Bandung juga sarat akan nilai-nilai sejarah.

Misalnya pada lagu Halo Halo Bandung. Di lagu ini terdapat penggalan lirik sekarang telah menjadi lautan api, mari, Bung, rebut kembali, yang merujuk pada peristiwa sejarah Bandung Lautan Api tertanggal 23 Maret 1946. Saat itu, terjadi pembakaran Kota Bandung dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sekaligus merupakan bentuk perlawanan rakyat dan tentara atas kehadiran Belanda serta sekutu yang ingin kembali menguasai Indonesia. Konon lagu ini diciptakan oleh Ismail Marzuki yang mengungsi ke Bandung demi menghindari pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta. Sesampainya Ismail Marzuki di Bandung, yang justru ia dapati adalah peringatan untuk segera meninggalkan Kota Bandung. Hal tersebut lantas menginspirasi Ismail Marzuki menciptakan lagu Halo Halo Bandung. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun Tugu Monumen Bandung Lautan Api dengan tinggi sekitar 45 meter dan dengan sisi sebanyak sembilan bidang. Di puncak tugu tersebut terdapat ornamen berbentuk api yang sedang menyala. Hingga akhirnya, tanggal 23 Maret ditetapkan sebagai hari peringatan peristiwa Bandung Lautan Api.

Dapat dikatakan, objek-objek wisata bernuansa sejarah di Bandung muncul sebagai peringatan peristiwa sejarah. Salah satunya Museum Asia Afrika yang terdapat di Jalan Asia Afrika Bandung. Pembangunan museum ini tidak terlepas dari penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-24 September 1955. Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang penting, karena tidak hanya karena Indonesia menjadi tuan rumah dalam konferensi tersebut, tetapi juga sebagai ikon perjuangan dan pemertahanan kemerdekaan. Pelaksanan KAA dilaterbelakangi oleh perasaan senasib antara negara-negara terdampak kolonialisme. Dari sana lahirlah Dasasila Bandung yang memuat prinsip-prinsip dasar dalam usaha perwujudan perdamaian dunia dan kerja sama antar negara yang dikolonisasi di Asia dan Afrika.

KAA dipelopori lima tokoh penting dari negara Asia, di antaranya Ali Sastroamidjodjo (Indonesia), Mohammad Ali Bogra (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India), Sir John Kotelawa (Sri Lanka), dan U Nu (Myanmar). KAA dihadiri oleh perwakilan dari berbagai negara Asia-Afrika lainnya. Museum KAA diresmikan saat peringatan 25 tahun KAA pada tahun 1980.

Museum KAA menyimpan berbagai koleksi terkait pelaksanaan KAA, seperti foto-foto dan dokumentasi, diorama serta profil tokoh peserta KAA, dan berbagai informasi lain yang menggambarkan jalannya perisitwa KAA. Selain itu terdapat juga berbagai benda-benda antik yang dipamerkan, seperti mesin tik jadul dan piringan hitam. Museum ini juga menyediakan ruangan audio visual, perpustakaan, serta museum tour guide bagi pengunjung yang ingin mempelajari lebih banyak tentang KAA.

Museum KAA dikelola oleh Departemen Luar Negeri RI dan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat. Untuk mengunjungi museum ini cukup mudah dan tidak dikenakan biaya. Pengunjung hanya perlu memindai kode batang (QR code) yang ada di luar museum. Pemindaian akan menghungkan ke tautan formulir yang mesti diisi.

Peristiwa KAA juga diabadikan menjadi nama jalan di mana lokasi Museum KAA berada kini. Di Jalan Asia Afrika juga terdapat Monumen 60 Tahun KAA. Monumen ini berbentuk bola dunia dan dipasangi lampu yang akan menyala pada malam hari, serta dilengkapi dengan air mancur. Bagian bawah monumen berbentuk segitiga dan tertulis negara-negara peserta Afrika pada satu sisi, pada sisi lainnya tedapat tulisan Asia Afrika.

Sepanjang Jalan Asia Afrika terdapat berbagai museum peninggalan sejarah lainnya seperti Gedung Merdeka, Gedung Pos, Gedung De Vries dan sebagainya. Jika berjalan terus ke arah kanan Museum Asia Afrika, kita akan diajak menuju ke Jalan Braga yang di sekelilingnya menjadi pusat perbelanjaan dan wisata kuliner. Adapun jika berjalan ke arah kiri dari pintu masuk, kita akan menuju ke Alun Alun Kota Bandung. Sementara di sebelah kanan Alun Alun Bandung terdapat surga belanja bagi para pecinta shopping.

Seiring berjalannya waktu, Bandung juga telah mengalami banyak perubahan. Dengan massifnya perkembangan teknologi yang semakin bergerak maju, monumen-monumen sejarah tetap setia menjadi saksi bisu perjuangan pahlawan. Oleh karena itu, jangan sampai melupakan sejarah. Sebagaiman Soekarno pernah berpesan bahwa “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahwalannya”. Sesekali, peristiwa sejarah juga patut dirayakan, bukan?

Andina Meutia Hawa

Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *