Bongak

Cerita Rakyat dan Pariwisata Sumatra Barat

Sumatra Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan cerita rakyat. Banyak cerita rakyatnya yang sudah dikenal dalam lingkup nasional, seperti Malin Kundang dan Asal Usul Minangkabau. Cerita rakyat merupakan cerita milik masyarakat yang berkaitan erat dengan tradisi lisan dan menjadi bagian dari sastra lisan. Dahulu, penyebarannya disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Tradisi mendongeng atau yang kerap dikenal dengan tradisi bacarito (bercerita) oleh masyarakat Minangkabau merupakan metode yang efektif dalam mewariskan cerita tersebut. Perkembangan zaman juga turut andil dalam upaya pelestarian. Banyak yang sudah mulai mendokumentasikan cerita rakyat ke dalam tulisan. Bahkan tak sedikit pula yang mengalihwahanakan cerita rakyat ke bentuk yang lebih dinamis, seperti film atau drama radio. Para agen pelestari budaya berhasil memanfaatkan teknologi audio-video dalam kerja alih wahana ini. Hingga saat ini, cerita rakyat masih melekat pada masyarakat Minangkabau, dan menjadi identitas etnis Minangkabau dalam kebudayaan nasional. Setiap orang akan terbesit Malin Kundang dalam benaknya ketika mendengar Sumatra Barat. Identitas bukan hanya melekat pada masyarakat, tetapi juga melekat pada tempat masyarakat tersebut berada. Identitas Sumatra Barat yang lekat dengan cerita rakyat dapat menjadi modal yang penting dalam meningkatkan gairah ekonomi masyarakat. Didukung oleh kondisi alam yang indah dan makanan yang ikonik, Sumatra Barat semakin potensial berkembang, terutama di bidang pariwisata.

Dalam hal keilmuan, interdisplin Kajian Sastra Pariwisata hadir sebagai jembatan antara ilmu yang mengkaji cerita rakyat, yakni Ilmu Sastra, dengan Ilmu Pariwisata yang mengkaji hal ihwal kepariwisataan. Keunggulan Sumatra Barat dalam bidang sastra dan pariwisata dapat menjadi senjata ampuh untuk memperkuat identitas dan meningkatkan pendapatan daerah, yang tentunya turut berdampak pada ekonomi masyarakatnya. Sastra pariwisata memiliki hubungan mutualisme. Pariwisata dapat menjadi inspirasi bagi karya sastra dan sastra dapat menjadi modal penjenamaan (branding) pariwisata. Bukan hanya itu, sastra juga dapat menjadi narasi dalam memandu wisatawan (guiding), dan sebagai konten promosi pariwisata (guidebook).

Hubungan antara sastra dan pariwisata telah terbukti di Indonesia, seperti destinasi wisata Danau Toba, Tangkuban Perahu, dan Candi Prambanan. Ketiga destinasi wisata tersebut baru segelintir tempat yang disebut yang memiliki kaitan erat dengan cerita rakyat dan mampu menggunakan narasi cerita rakyat untuk pemajuan destinasi wisata. Strategi penjenamaan pariwisata menggunakan cerita rakyat juga telah terbukti berhasil di Sumatra Barat. Legenda Malin Kundang sukses menjadi daya tarik destinasi wisata Pantai Air Manis di Kota Padang. Banyak wisatawan datang hanya untuk melihat batu Malin Kundang yang telah mereka dengar sebelumnya dari cerita rakyat yang beredar. Popularitas Legenda Malin Kundang telah mengundang wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata ke Pantai Air Manis, sehingga destinasi tersebut dapat dijadikan ladang bisnis yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar destinasi dan meningkatkan pendapatan daerah. Adanya tiket masuk destinasi wisata turut berdampak pada ekonomi (di samping sebagai upaya administratif dan pengelolaan destinasi wisata). Pendataan jumlah wisatawan dapat dilihat dari jumlah penjualan tiket masuk yang hasilnya akan berguna untuk mengelola, menjaga, dan memajukan fasilitas destinasi tersebut. Selain itu, masyarakat sekitar destinasi juga dapat melakukan kegiatan ekonomi kreatif, seperti berwirausaha, baik dalam jual-beli barang maupun jasa. Penjualan makanan khas dan cendera mata dapat menjadi pilihan bagi masyarakat sekitar untuk memulai berwirausaha. Hotel dan penginapan juga dapat menjadi suatu usaha yang mampu menyemarakkan ragam ekonomi kreatif sekitar destinasi wisata. Selain itu, penyedia jasa tour and travel dan pemandu wisata juga mampu memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan perekonomian hidup dan menjadi peluang bisnis.

Penggunaan narasi cerita sebagai alat untuk membangun ekonomi bukan hal yang baru. Gagasan ini awalnya dikemukakan oleh Robert McKee dan Thomas Gerace pada tahun 2018, yang mereka disebut sebagai storynomics. Gagasan ini telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian, terutama yang berkaitan dengan sastra pariwisata. Storynomics sebenarnya berfokus pada bagaimana cerita dapat menjadi alat dalam melakukan pemasaran (marketing). Gagasan atau teori ini dapat diimplementasikan pada bidang-bidang yang memerlukan bagian pemasaran, seperti halnya bidang pariwisata. Dalam sastra pariwisata, storynomics berfokus pada hubungan antara cerita dan ekonomi. Tentang bagaimana cerita dapat menjadi alat untuk memajukan perekonomian, khususnya melalui sektor pariwisata. Juga tentang bagaimana destinasi wisata yang mengandung cerita di dalamnya dapat disebut sebagai latar tempat dari sebuah cerita. Hal ini membuktikan bahwa destinasi wisata kerap kali menjadi inspirasi penulis dalam menghasilkan karya sastra. Penyebutan tempat wisata dalam sebuah karya sastra juga dapat memiliki alasan tertentu, seperti pertimbangan pasar yang bertujuan untuk meningkatkan pembaca, karena pada saat tertentu, misalnya, destinasi tersebut sedang populer dan menjadi tren dalam masyarakat. Masyarakat yang sadar akan popularitas dan tren tersebut, lantas dapat dijadikan target sebagai calon pembaca potensial. Pertimbangan penulis yang seperti itu tentu berguna dalam meningkatkan penjualan buku atau karya sastra yang mereka ciptakan. Selain juga berdampak baik untuk tempat yang disebut dalam karya sastra, karena dapat menanamkan impresi atau memori akan tempat yang disebut dalam karya sastra bagi yang membacanya. Para pembaca bisa saja ingin merasakan bagaimana sensasi tempat yang disebut dalam karya sastra, melalui kunjungan langsung. Jika tempat tersebut adalah destinasi wisata, maka akan berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan. Namun, jika tempat tersebut bukan destinasi wisata, maka tempat tersebut memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata yang menjanjikan.

Untuk itu, Sumatra Barat dapat memanfaatkan cerita rakyat populer yang dimilikinya sebagai strategi peningkatan swadaya masyarakat dan ekonomi kreatifnya melalui kegiatan pariwisata. Kesuksesan Legenda Malin Kundang dapat dijadikan contoh dan sebagai rekam jejak yang sangat mendukung pengembangan destinasi wisata yang berbasis cerita rakyat di Sumatra Barat. Banyak cerita rakyat Minangkabau yang melekat pada destinasi wisata tertentu, berpeluang besar untuk dijenamakan. Tentunya, dukungan pemerintah juga sangat diperlukan guna memudahkan akses menuju destinasi wisata dan meningkatkan fasilitas kepariwisataan, sehingga wisatawan semakin tertarik untuk terus datang.

Cerita rakyat merupakan daya tarik yang unik karena dapat memberikan identitas pada tempat atau kebudayaan tertentu. Banyak orang akan mengingat tempat tertentu justru karena cerita rakyat. Bisa jadi mereka akan datang berwisata untuk menikmati sesuatu yang unik dan berbeda dari tempat lain, tak lain karena cerita. Selain itu, strategi penjenamaan cerita rakyat terhadap destinasi wisata dapat pula menjadi upaya pelestarian cerita rakyat, tradisi lisan, dan kebudayaaan dalam arti luas, dengan cara menyebarkan cerita sebagai narasi pemanduan wisata, yang sekaligus turut melestarikan tradisi bacarito. Upaya ini adalah bagian dari pengabadian cerita rakyat dalam wajah ikon wisata dan dalam media promosi pariwisata.

Dyani Prades Pratiwi

Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *