Kata ‘sastra’ terdiri dari dua kata bahasa Sanskerta, yaitu ‘sas-‘ yang artinya ‘alat’, dan ‘-tra’ yang artinya ‘mengajar’. Dalam bahasa Arab, sastra bisa disepadankan dengan kata ‘adab’ yang memilliki arti ‘kesopanan, keramahan, dan kehalusan pekerti’. Berdasarkan kedua etimologi tersebut, maka sastra memiliki fungsi mendidik, mengarahkan, dan memberi petunjuk kebaikan. Pembelajaran sastra dapat dimulai sejak usia dini, misalnya dengan mengenalkan dan membacakan buku cerita kepada anak. Pada usia ketika anak mulai mengenyam pendidikan, pembelajaran sastra dapat dilakukan melalui kegiatan membaca dan mendiskusikan buku sastra bersama guru-guru di sekolah.
Keberadaan karya sastra diperlukan dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Pada usia ketika anak telah mampu berbicara, anak mulai mengembangkan rasa ingin tahu dengan bertanya tentang apa pun yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat membantu anak dalam mengembangkan imajinasinya, sekaligus menjawab rasa ingin tahunya. Di dalam karya sastra juga terkandung nilai-nilai keindahan yang dapat memberikan perasaan senang saat membacanya. Melalui karya sastra, dapat diperoleh dunia anak yang sedernaha, indah, lucu, dan sarat nilai pendidikan.
Pembelajaran sastra tidak cukup jika hanya dijadikan pelengkap atau tambahan pelajaran bahasa Indonesia, tetapi, baik guru dan murid, seyogianya juga membahas sebuah karya sastra bersama-sama dan mempelajari nilai yang terkandung di dalamnya. Sastra merupakan hasil ciptaaan manusia dan bersifat imajinatif, namun di dalamnya terkandung pesan-pesan seperti nilai pendidikan budi pekerti. Indikator keberhasilan pendidikan tidak hanya dilihat dari keberhasilan peserta didik dalam mendapatkan nilai-nilai di atas rata-rata, tetapi juga perubahan karakter ke arah yang lebih baik. Pendidikan tersebut tidak hanya dapat diperoleh melalui sekolah formal saja, tetapi juga melalui karya sastra, khususnya sastra anak.
Pendidikan Karakter Islami dalam Sastra Anak
Pengertian sastra anak tidak terbatas pada jenis sastra yang ditulis atau diperuntukan untuk anak-anak. Hal ini mengingat karena anak masih memiliki keterbatasan dalam pemahaman tentang kehidupan dan kemampuannya dalam menciptakan karya. Sastra anak dapat ditulis oleh orang desawa, namun isi cerita dan bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat intelektual dan emosional anak. Sastra anak juga memungkinkan untuk dibaca oleh orang dewasa dewasa, khususnya orang tua dan guru, dengan tujuan untuk lebih dapat memahami dan menyampaikan isi karya sastra tersebut sebagai bahan pengajaran.
Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat dilihat melalui unsur-unsur estetik yang terdapat di dalam sebuah karya sastra, misalnya tema, tokoh, dan bahasa. Di dalam unsur-unsur estetik tersebut terdapat nilai-nilai pekerti yang luhur, seperti keimanan, moralitas, religiusitas, dam sosial. Tokoh dan penokohan biasanya menjadi unsur yang paling menonjol dalam buku cerita anak. Melalui penggambaran tokoh baik dan tokoh jahat, dapat dijadikan sarana pembelajaran untuk mencontoh perilaku seperti yang diperlihatkan oleh tokoh baik.
Pendidikan karakter juga dapat ditampilkan melalui buku cerita anak yang mengangkat nilai-nilai religiusitas. Seperti pada buku cerita anak bergambar Seri Rukun Iman: Utusan Allah yang Selalu Sabar karya Putra Perdana. Buku cerita semacam ini dapat menjadi media penanaman sifat percaya kepada Allah. Orang yang memiliki iman kepada Allah akan tercermin dari perilakunya. Aspek-aspek religiusitas yang dimunculkan dalam buku cerita ini adalah iman kepada Rasul yang merupakan bagian dari rukun iman.
Nilai-Nilai Religiusitas dalam ‘Utusan Allah yang Selalu Sabar‘
Kisah-kisah dalam buku cerita bergambar Seri Rukun Iman: Utusan Allah yang Selalu Sabar memiliki kaitan dengan setiap rukun iman. Buku ini mengisahkan tokoh Sarah dan Azzam yang belajar rukun iman. Semua buku cerita Seri Rukun Iman diceritakan dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Anak-anak yang membaca buku ini direkomendasikan untuk mendapatkan bimbingan dari orang tua ataupun guru, karena cerita yang terdapat di dalam buku ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan penanaman nilai pendidikan karakter islami.
Tokoh Sarah dan Azzam digambarkan sebagai adik kakak. Pada buku Seri Rukun Iman: Utusan Allah yang Selalu Sabar, nilai pendidikan karakter diperlihatkan melalui tokoh ayah Sarah dan Azzam yang baru pulang dari luar kota dan membawakan buku-buku tentang kisah Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Sarah lebih tua dari Azzam dan sudah bisa membaca, sehingga ia menceritakan kisah-kisah Nabi Muhammad kepada Azzam. Di dalam buku yang dibaca Sarah, Nabi Muhammad digambarkan sebagai sosok yang lembut dan mencintai anak yatim.
Rasulullah selalu bersikap lembut kepada siapapun, termasuk kepada orang-orang yang memusuhi dan membencinya. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dikisahkan bahwa Rasulullah tidak pernah melaknat musuh beliau, bahkan mendokan mereka. Konon katanya, perilaku lemah lembut dapat meluluhkan hati yang keras. Ini merupakan anjuran Nabi Muhammad kepada umatnya untuk berbuat baik kepada siapa saja, tanpa membeda-bedakan di antara sesama manusia.
Rasulullah juga sangat mencitai anak yatim. Banyak keutamaan yang didapat dari memelihara anak yatim. Salah satunya seperti dijelaskan oleh sebuah hadis riwayat Bukhari bahwa mencintai anak yatim diibaratkan seperti jari manis dan jari telunjuk, dan orang-orang yang memberi nafkah kepada anak yatim akan didekatkan dengan surga. Keutaman lainnya adalah mendapat hidup yang berkah dan dijauhkan dari siksa hari kiamat. Oleh karena itu, ini merupakan bentuk ajaran Islam agar umatnya senantiasa berbuat baik kepada sesama.
Selanjutnya Sarah bercerita kepada Azzam tentang sifat teladan Rasulillah lainnya yaitu suka menolong fakir miskin. Rasulullah selalu siap dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, Rasulillah adalah sosok yang senang melerai orang-orang yang berselisih karena beliau mencintai perdamaian. Aspek pendidikan karakter lain dalam buku ini adalah sosok Rasulullah yang digambarkan sebagai al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya dan tidak pernah ingkar janji.
Dengan menolong fakir miskin dapat ditumbuhkan sifat dermawan dan dijauhkan dari sifat pelit yang dibenci Allah. Manusia diwajibkan untuk membantu terhadap sesama. Banyak manfaat yang didapatkan dari memiliki sifat dermawan, misalnya membersihkan harta, memberikan rasa tenang, dan meningkatkan kesejahateraan kepada pihak yang dibantu. Kemudian, menumbuhkan sifat cinta damai berarti lebih mengutamakan dan membuang sifat egois yang dapat merusak hubungan antar sesama manusia. Bahkan di dalam sebuah hadis Rasulullah berkata bahwa tidak boleh seorang muslim tidak saling menyapa dengan saudaranya selama lebih dari tiga hari.
Pendidikan karakter dan penanaman nilai religiusitas diperlihatkan dalam penceritaan Rasulullah yang diberi gelar al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya dan tidak pernah ingkar janji. Memiliki sifat jujur dan dapat dipercaya berarti adanya keselarasan antara perkataan dan perbuatan. Di dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa orang yang berkhianat dan tidak dapat dipercaya adalah salah satu ciri orang munafik. Oleh karena itu, Rasulullah mengajak hambanya untuk selalu jujur dan menepati janji. Membaca kisah-kisah teladan Rasulullah melalui sastra anak merupakan langkah awal dalam pembentukan akhlak dan pembelajaran adab pada anak. Selain itu, dengan mempercayai bahwa Rasulullah adalah utusan Allah dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan, dapat menumbuhkan sifat percaya kepada rukun iman, salah satunya adalah iman kepada Rasulullah.