Bongak

Perubahan Cuaca, Bencana yang Pasti Datang

Tidak dapat dimungkiri, banyak orang yang mengeluh dengan adanya cuaca yang terasa panas di bagian bumi mana pun, salah satunya Indonesia. Cuaca yang panas dan kadang tidak menentu memiliki berbagai dampak yang sangat luar biasa bagi kehidupan manusia. Hal ini karena aktivitas manusia selalu berhubungan dengan cuaca dan dinamikanya dari hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari hingga yang berhubungan dengan keilmuan dan profesionalitas, misalnya menjemur pakaian, ingin beraktivitas atau bekerja di luar ruangan seperti halnya para nelayan, pilot, dan profesi lainnya, pertanian, pariwisata, dll.

Seperti air yang tidak dapat dipisahkan oleh kehidupan manusia, begitu pun cuaca. Meteorologi sebagai salah satu bidang keilmuan yang mempelajari mengenai kondisi cuaca selalu digunakan oleh para pakar dan berbagai instansi terkait untuk pelaporan cuaca setiap harinya. Dalam meteorologi, cuaca terdiri atas beberapa parameter inti, yaitu curah hujan, temperatur, kelembaban, arah angin, kecepatan angin, tekanan udara dan radiasi matahari. Hal yang paling penting dan memberikan dampak pada kehidupan manusia atau dasar terjadinya berbagai dinamika cuaca di suatu wilayah adalah terkait perubahan parameter-parameter tersebut.

Perubahan cuaca di suatu wilayah pun tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi lokal, interaksi atmosfer-laut, bahkan sirkulasi dalam skala global. Hal tersebut menyebabkan muncul pertanyaan mengapa kondisi di suatu wilayah berbeda dengan beberapa tahun yang lalu seperti temperatur yang cenderung lebih hangat atau curah hujan yang tidak menentu. Begitu pun di Indonesia. Seperti yang dipaparkan pada bagian awal, kita dapat merasakan peningkatan suhu cuaca yang panas semakin harinya, terutama di wilayah kota-kota industri.

Tidak hanya faktornya, perubahan cuaca pun memiliki dampak yang begitu signifikan bagi kehidupan manusia. Dampak ini dapat dikatakan memberikan gambaran terkait dengan kondisi dan situasi kehidupan selanjutnya. Misalnya, bidang pertanian sering terjadi gagal panen akibat cuaca yang tidak menentu sehingga produktivitas pertanian mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah perubahan cuaca yang ekstrem yang menyebabkan kondisi kekeringan parah. Pola hujan yang tidak teratur dan cuaca panas yang berkepanjangan dapat mengurangi pasokan air, mengeringkan sumber daya air dan tanah, serta mengganggu pertanian. Kekeringan dapat menyebabkan kelaparan, kehilangan mata pencaharian, konflik sumber daya, dan kerusakan ekosistem. Penurunan hasil pertanian ini merupakan sebuah kerugian bagi para petani yang sudah semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Tidak hanya petani, dengan adanya perubahan cuaca, seperti banjir, hal tersebut tentunya akan mengakibatkan pada kerusakan infrastruktur dapat merusak infrastruktur seperti jalan, jembatan, bangunan, dan saluran drainase. Lebih lanjut, kerusakan ini dapat menyebabkan gangguan transportasi, pemadaman listrik, dan kesulitan dalam penyediaan layanan dasar seperti air bersih dan sanitasi. Perubahan cuaca juga dapat mengubah pola curah hujan. Beberapa daerah mungkin mengalami peningkatan curah hujan, sementara daerah lain mengalami penurunan curah hujan. Hal ini dapat mempengaruhi pertanian, pasokan air, dan keanekaragaman hayati. Ketidakseimbangan dalam distribusi curah hujan dapat menyebabkan kekeringan di satu tempat dan banjir di tempat lain.

Begitu pun jika kekeringan yang berkepanjangan, misalnya, dapat menyebabkan persaingan sumber daya air antara komunitas, sementara banjir dan bencana alam lainnya dapat menyebabkan kehilangan harta benda dan mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini dapat menciptakan ketidakpuasan, migrasi paksa, dan meningkatkan risiko konflik. Lalu, adanya fenomena pada bidang lainnya pada kesehatan manusia. Gelombang panas yang ekstrem dapat menyebabkan kelelahan panas, kejang panas, dan masalah pernapasan. Peningkatan polutan udara akibat aktivitas manusia yang meningkat juga dapat mempengaruhi kualitas udara dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan.

Salah satu pemicu fenomena perubahan iklim adalah meningkatnya gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, CFC, dsb. memiliki sifat seperti kaca yang mampu meneruskan radiasi gelombang pendek, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang balik ke permukaan bumi. Hal ini menyebabkan radiasi gelombang panjang yang seharusnya dipancarkan balik ke luar angkasa, tetapi malah dipantulkan balik ke bumi oleh gas tersebut sehingga bumi menjadi lebih hangat. Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer sebanding dengan peningkatan temperatur di suatu daerah. Bumi yang semakin hangat menyebabkan sirkulasi dan dinamika atmosfer menjadi berubah dan lebih cepat. Hal ini disebabkan energi panas yang ada menjadi lebih besar. Oleh karena itu, nantinya, efek gas rumah kaca berpengaruh ke berbagai fenomena yang ada, seperti intensitas curah hujan yang lebih tinggi, pergeseran musim (berkaitan dengan pertanian), bencana hidrometeorologi yang lebih sering terjadi, dsb.

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, sumber gas rumah kaca dapat ditelusuri. Salah satu sumber dari gas rumah kaca adalah dari aktivitas manusia. Penggunaan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan, pembukaan lahan dengan cara membakar, pengolahan limbah yang tidak baik menjadi salah satu sumber utama penyumbang gas rumah kaca di atmosfer.  Berdasarkan laporan sintesis IPCC, perbuatan manusia menyebabkan emisi gas rumah kaca terus naik. Temperatur bumi saat ini mencapai 1,1 derajat celcius di atas level praindustri (sekitar tahun 1850). Kenaikan ini bisa menyentuh 1,5 derajat celcius pada awal dekade 2030-an jika tidak ditangani dengan baik.

Dampak pada sosial, budaya, pertanian, kesehatan, dll. sebagai akibat perubahan cuaca tidak dapat dielakkan lagi. Dampak tersebut merupakan sebuah ancaman yang mengakibatkan bencana lainnya. Namun, manusia dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi perubahan cuaca tersebut, misalnya manusia dapat mengurangi emisi ini dengan beralih ke sumber energi terbarukan seperti energi matahari, angin, dan hidroelektrik. Selain itu, mengadopsi gaya hidup yang ramah lingkungan seperti menggunakan transportasi umum, mengurangi konsumsi energi, dan daur ulang juga dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pengurangan konsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil pun dapat dilakukan. Menggunakan peralatan hemat energi, mematikan peralatan listrik saat tidak digunakan, dan meningkatkan efisiensi energi di rumah dan tempat kerja dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Lalu, penghijauan dan penanaman pohon dapat membantu mengurangi emisi karbon dioksida dan memperbaiki kualitas udara. Selain itu, pengurangan penggunaan air, memperbaiki sistem irigasi yang efisien, dan mengumpulkan dan menggunakan air hujan dapat membantu mengurangi dampak perubahan cuaca.

Namun, jika perubahan cuaca sudah menimbulkan bencana, kita dapat mengakses informasi yang berkaitan dengan perubahan iklim, misalnya melalui laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Diharapkan dari informasi-informasi yang ada, setiap kita bisa lebih waspada dan lebih peduli terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

Alvin Pratama

Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan, Institut Teknologi Sumatera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *