Bongak

Kebangkitan Gaya Retro: Nostalgia Masa Lalu dalam Budaya Kontemporer

Di dunia yang terus berubah dan berkembang, seringkali kita merindukan masa lalu yang penuh dengan kenangan indah. Wujud dari kerinduan tersebut seringkali dituangkan dalam gaya keseharian serta hobi-hobi yang berkaitan dengan hal-hal beraroma masa lalu. Gaya kehidupan seseorang yang berkaitan dengan nostalgia masa lalu ini dikenal dengan gaya Retro. Retro telah menjadi tren tersendiri dalam masyarakat, dan telah menjadi hal yang wajar bagi seseorang untuk menerapkan gaya retro dalam sebagian maupun keseluruhan dari gaya hidup sehari-hari. Maka tidak mengherankan jika tren gaya retro menjadi begitu populer dalam budaya kontemporer serta mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kita.

Istilah “retro” pertama kali diterapkan untuk sebuah tren mode, gaya musik, dan film, pada tahun 1990-an dengan ciri penggunaan gaya masa lampau yang populer dari sebuah konsep gaya busana yang membangkitkan kesan nostalgia (retrochic). Berdasarkan Cambridge Dictionary (2020), retro adalah memiliki penampilan menyerupai sesuatu yang ada pada masa lalu. Secara sederhana, gaya retro dapat diartikan juga sebagai keinginan untuk menghidupkan kembali dan menghargai masa lalu. Hal ini tercermin dalam berbagai bentuk, mulai dari musik yang terinspirasi oleh genre dan gaya dari era sebelumnya hingga adaptasi ulang film dan serial televisi yang populer dari masa lalu. Trend ini telah berkembang di kehidupan masyarakat era saat ini, bahkan dari sebagian kalangan anak muda pun sangat  menggandrungi gaya-gaya masa lalu. Contoh paling mencolok dari gaya retro adalah popularitas musik jaman dulu, kendaraan klasik, iklan lawas, serta berbagai permainan anak-anak jaman dulu yang telah mencuri perhatian berbagai kalangan yang hidup di generasi sekarang.

Lebih lanjut, gaya retro juga merupakan hasil dari pergeseran demografis. Penyuka gaya retro tidak hanya dari orang-orang yang mengalami langsung momen-momen klasik tersebut, namun juga generasi muda yang lahir puluhan tahun setelahnya. Generasi yang lahir setelah tahun 1980-an atau 1990-an yang sering disebut sebagai generasi milenial dan generasi Z, menjadi konsumen utama dalam tren ini. Bagi mereka yang memiliki memori masa lalu secara langsung, nostalgia masa lalu bukan hanya mengingat kenangan pribadi, tetapi juga mengingatkan pada momen yang mereka alami melalui media dan budaya populer. Inilah sebabnya mengapa adaptasi ulang film, memiliki kendaraan klasik, serta suasana dan barang-barang klasik mampu menghasilkan kegembiraan yang besar bagi penikmatnya. Meskipun sebagian dari mereka tidak memiliki memori masa lalu tersebut secara langsung, gaya retro dianggap estetik dan memberikan perasaan yang nyaman. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang memberikan akses yang seluas-luasnya untuk menggali informasi tentang masa lalu, sehingga pengetahuan akan gaya retro mampu didapat dengan mudah.

Daya tarik gaya retro dalam budaya kontemporer saat ini terdiri dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah perubahan sosial dan teknologi yang pesat telah menciptakan kebutuhan akan kenyamanan. Masa lalu dianggap sebagai masa yang lebih sederhana dan tidak serumit kehidupan sekarang. Melalui gaya retro orang-orang dapat mengembalikan perasaan hidup di masa lalu tersebut untuk sejenak. Faktor kedua, nostalgia akan ingatan masa lalu juga merupakan alat efektif dalam membangkitkan emosi positif. Saat orang mengingat masa lalu yang penuh dengan kenangan indah, orang sering kali merasakan kebahagiaan, kehangatan, dan kenyamanan. Para pencinta gaya retro memanfaatkan emosi-emosi ini untuk menciptakan suasana nyaman, membangkitkan rasa percaya diri, dan semangat dalam menjalani kehidupan. Faktor terakhir yaitu, gaya retro dapat dianggap sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi terhadap warisan budaya kita dari masa lalu. Menghidupkan kembali karya-karya klasik, dapat memberikan kesempatan bagi generasi yang lebih muda untuk mengalami dan menghargai apa yang kita cintai dari masa lalu. Ini juga membantu menjaga keberlanjutan budaya dan memastikan bahwa karya-karya berharga tersebut tetap relevan sampai di masa-masa yang akan datang. Kebebasan dalam menggunakan gaya retro dalam aspek kehidupan bukan berarti kita melupakan masa kini. Masa lalu merupakan hal yang harus kita hargai dan hormati, dan masa kini merupakan tempat kita hidup dan identitas dan bukti eksistensi kita dalam kehidupan. Jangan sampai dengan mengagungkan gaya retro kita mengesampingkan masa dimana kita hidup dan mengaburkan eksistensi kita saat ini.

Fakhria Nesa

Dosen Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *