MejengSele - Sele

Tren Wisuda Bagi Pelajar, Seberapa Perlu?

Saya tergelitik membaca komentar seorang warganet yang sempat viral beberapa waktu lalu yang meminta mengembalikan seremoni wisuda hanya untuk mahasiswa saja, bukan untuk pelajar tingkat TK, SD, SMP maupun SMA. Benar juga, jika diperhatikan belakangan ini, perayaan wisuda kelulusan bagi pelajar semakin marak digalakkan oleh sekolah-sekolah dari berbagai jenjang pendidikan. Selebrasi ini menjadi semacam bagian dari kelulusan siswa setelah menamatkan pendidikan. Tak tanggung-tanggung, perhelatan wisuda pun digelar di gedung dengan dekorasi layaknya wisuda sarjana dan para lulusannya mengenakan busana wisuda lengkap dengan topi toganya. Ada pula prosesi memanggil nama siswa beserta data lengkapnya secara maraton ke panggung wisuda, yang kemudian dilanjutkan dengan ritual memindahkan tali kucir toga dari kiri ke kanan. Ini benar-benar berhasil membuat saya mengingat kembali momen yang sama saat saya secara resmi diwisuda beberapa tahun silam. Yang menjadi pertanyaan, perlukah para pelajar ikut diwisuda layaknya para sarjana di perguruan tinggi?

Akar Wisuda

Secara etimologi, kata ‘wisuda’ berasa dari bahasa Jawa, wisudha, yang artinya pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan. Dalam prosesinya, wisuda sangat identik dengan pakaian toga. Kata ‘toga’ sendiri berasal dari bahasa latin, tego, yang artinya penutup. Lady Agustine (2022) menyebut bahwa dulu toga merupakan jubah yang dikenakan oleh pribumi Italia yang kemudian seiring perkembangan zaman dijadikan pakaian oleh bangsa Romawi sebelum akhirnya dipakai sebagai pakaian kelulusan resmi oleh University of Oxford dan University of Cambridge di tahun 1300-an. Penggunaan ini awalnya bertujuan untuk menciptakan persatuan dan ketertiban di lingkungan kampus.

Jika dilihat dari filosofinya, jubah dan tudung yang digunakan saat wisuda ternyata melambangkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan. Jubah digunakan sebagai lambang pencapaian akademik selama di universitas. Begitupula dengan tudung yang merepresentasikan seorang yang sudah menamatkan proses belajar hingga akhirnya meraih gelar akademik. Selain itu, topi toga yang biasa digunakan saat wisuda juga mengandung simbol tentang pencapaian dan perjuangan panjang mahasiswa dalam meraih gelar akademik. Bagian soft cap pada topi juga dipercaya oleh sebagain sejarawan sebagai simbol dari buku maupun papan mortir yang digunakan oleh tukang batu. Warna hitam pada jubah dan topi toga melambangkan misteri dan kegelapan yang berhasil dikalahkan mahasiswa selama menempuh pendidikan di universitas. Warna hitam juga melambangkan keangungan.

Sederhananya, toga dan kelengkapan yang digunakan saat wisuda merupakan lambang perjuangan dan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar akademik.

Menilik dari etimologi, filosofi dan sejarahnya, wisuda memang sangat identik dengan mahasiswa, kampus dan gelar akademik. Terdapat nilai tersendiri di dalamnya. Ada esensi yang kuat saat prosesi dan perayaan wisuda dilakukan oleh mahasiswa yang secara resmi telah menyelesaikan pendidikannya. Wajar saja jika akhirnya pro dan kontra tentang wisuda bagi pelajar mencuat ke permukaan.

Wisuda Bagi Pelajar

Membahas sisi baiknya, wisuda bagi pelajar dapat menjadi wujud apresiasi terhadap pencapaian seorang pelajar setelah menempuh mendidikan di jenjang tertentu. Kerja keras dan usaha yang mereka lakukan selama menempuh pendidikan dianggap patut untuk dirayakan sebelum akhirnya melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sekalipun tanpa menyandang gelar akademik. Orang tua pun tentunya bahagia saat menghadiri wisuda putra-putrinya di tingkat, entah TK, SD, SMP, atau SMA. Momen ini akan terasa mengharukan sekaligus membanggakan.

Di sisi lain, wisuda bagi pelajar menuai kontra. Bagi yang kontra, wisuda untuk pelajar dianggap kurang pantas. Alasan pertamanya adalah reduksi makna wisuda yang sesungguhnnya. Jika wisuda dan toga yang mulanya bernilai perjuangan seorang mahasiswa memperoleh gelar akademik, kemudian juga dilaksanakan oleh pelajar, tentu nilai perjuangan ala mahasiswa tadi menjadi tergerus.  Selain itu, perhelatan wisuda yang identik dengan kemegahan juga dianggap membebani finansial orang tua. Biaya kesertaan wisuda bagi pelajar yang cenderung mahal, semestinya dapat dialihkan oleh orang tua untuk biaya pendidikan tingkat selanjutnya.

(Sumber Gambar: freepik.com)

Wisuda adalah momen berharga bagi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikannya. Wisuda sejak mulanya memang identik dengan mahasiswa, pelajar di universitas yang memperoleh gelar akademik di akhir pendidikannya. Perhelatan wisuda yang kini marak dilakukan oleh sekolah-sekolah tertentu adalah upaya mengapresiasi para pelajarnya yang telah berhasil lulus pendidikan. Namun, sebagai manusia yang bijak, kita tentu perlu mempertimbangkan lagi kelebihan dan kekurangan pelaksanaan wisuda bagi pelajar. Hal ini bertujuan agar wisuda bagi pelajar tidak menjadi seremoni yang remeh dan membebani keuangan orang tua.

Anne Pratiwi

Dosen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *