Setelah cuti lebaran usai, masyarakat akan kembali beraktivitas seperti biasanya. Rutinitas yang panjang untuk menunggu waktu yang sama datang kembali. Ramadan dan Idulfitri adalah momen yang selalu dirindukan dan dinantikan oleh umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia.
Tradisi mudik adalah bagian yang tak terpisahkan bagi orang-orang rantau untuk menyatu kembali dengan keluarga di kampung halaman. Tanah lahir yang tidak mungkin pernah bisa dilupakan. Tawa riang masa kecil yang selalu mengantarkan orang-orang dewasa untuk mengingat masa silam.
Tradisi mudik yang dilakukan selama ini terkadang menjadi sebuah penanda bagi kita semua, bahwa setiap orang yang telah pergi merantau, jauh meninggalkan kampung halamannya, pada hakikatnya tidak pernah mampu untuk melepaskan cinta dan rindu itu.
Secara antropologis, mengutip laman Kumparan.com, mudik dalam segi ritus ditandai dengan dua hal. Pertama, mudik menjadi sebuah kebutuhan primer per tahun bagi masyarakat urban. Kedua, sebagai alat pemersatu ikatan baik umat muslim dan non-muslim.
Kita semua menyadari bahwa kemajuan zaman telah mempermudah kita berkomunikasi dengan keluarga yang jauh. Hari ini kita disuguhkan berbagai aplikasi media sosial yang mendukung untuk bertatap muka secara jarak jauh. Hal ini jugalah yang terjadi pada saat lebaran di musim pandemi Covid-19. Namun bagaimanapun juga, tidak afdal rasanya jika tidak bertemu dan bertatap secara langsung kepada keluarga, terutama bagi siapa saja yang masih memiliki kedua orang tua. Momen sederhana yang penuh makna.
Kemajuan zaman memang tak pernah bisa terelakkan, namun aspek rasa yang ada dalam diri manusia takkan bisa tergantikan. Kita menyadari bahwa komunikasi jarak jauh tidak sebegitu menyenangkan jika dibanding dengan bertemu dan bertatapan langsung. Orang-orang mungkin tahu, bahwa tanah kelahiran itu selalu ada untuknya, dan kampung halaman selalu menjadi magnet bagi siapa saja untuk kembali ke awal. Kembali ke dalam pelukan hangat keluarga.