Bongak

Melihat dari Jauh Kota Medan

Kota Medan memang selalu punya banyak kenangan. Kota yang tidak bisa secara sederhana dihilangkan dari ingatan, dan tidak bisa dihapus seluruh jejaknya yang berpendar di balik sudut-sudut lampu merah yang riuh akan suara klakson, kemacetan, dan penerobos jalanan.

Persimpangan jalan Kota Medan yang tampak penuh misteri, dengan lampu lalu lintas yang tak lagi punya warna. Para pengemudi itu mungkin terbilang degil, tidak punya aturan berkendara untuk negara, selain aturan miliknya sendiri. Namun belakangan CCTV persimpangan jalan telah merubah suasananya. Orang-orang itu tampaknya secara tak sengaja mematuhi aturan berkendara.

Jauh sepanjang perjalanan, terlihat lapangan kosong, cukup luas di tengah-tengah kota. Tak tampak lagi yang berjualan di sekeliling lapangan itu. Orang-orang menyebutnya lapangan merdeka, lapangan yang penuh dengan makna sejarah. Sebuah museum terbuka untuk mengingat perjuangan. Ada yang salah memang, jika dilihat dari lapangan itu, hilang sudah karismanya. Pohon-pohon tua yang bisu, bukti saksi sejarah sepertinya telah tiada. Penataan ada baiknya, tapi rasanya tidak mungkin menghilangkan semua rekam sejarah tanpa sisa.

Nilai sejarah pada ruang kota adalah magnet yang vital. Ia sebagai objek yang memancing siapa saja untuk datang. Gedung-gedung tua yang di bangun pada masa kolonial adalah sumber kekayaan arsitektur. Gedung yang mengelilingi kota itu, tampak megah dan beberapa sejarawan menyebutnya sebagai Paris Van Sumatera.

Jika malam tiba, gedung-gedung modern pencakar langit mulai memamerkan wujudnya. Lampu-lampu gedung menghiasi gemerlapnya malam Kota Medan. Indah memang, jika dilihat dari sudut media sosial, entah itu Instagram, TikTok, Youtube, dsb. Visual yang menjadi andalan setiap kota di Indonesia, terutama Medan yang termasuk dari urutan ketiga kota terbesar di Indonesia.

Tapi sayang, kebesaran Kota Medan agaknya menjadi tampak memudar, ketika premanisme merebak ke berbegai daerah Kota Medan. Urusan keamanan sepertinya banyak yang perlu dibenahi. Begal mencari mangsa memudarkan harapan banyak orang. Para pencari rezeki jalanan tak jarang jadi korban santapan. Sebuah berita yang tak jarang dijumpai, jika pengemudi ojek online harus berpisah dengan keluarga mereka, berpisah selama-lamanya ketika orang-orang bersenjata itu menghunuskan pedangnya.

Kota Medan harus siap berubah, menjadi lebih aman dan tenteram. Ia harus tetap humanis agar tetap hidup dan tak hilang sejarahnya.

Ahmad Muhajir

Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *