Kapulaga (Amomum cardamomum) tergolong tanaman terna tahunan yang mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur. Termasuk tanaman dari famili jahe-jahean (Zingiberaceae) yang memiliki habitus tanaman tidak begitu tinggi dan berbatang lunak. Tumbuh subur di ketinggian 200–1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Buahnya bebentuk bulat telur, berbulu, dan berwarna kekuningan agak kelabu. Buah berkumpul di dalam tandan kecil dan pendek yang muncul dari batang semu dekat permukaan tanah. Sejuta khasiat kesehatan tentunya ada dalam buah kapulaga ini. Biasanya orang Tionghoa menyebut kapulaga dengan sebutan pai thou kou. Sementara dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah cardamomum. Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki sebutan tersendiri untuk tanaman ini misalnya kapol, karkolaka, palago, dan masih banyak lagi.
Awal mula penemuan kapulaga pertama kali di Pegunungan Malabar, terletak di pantai barat India. Tanaman ini tumbuh secara alami dan liar di daerah tersebut. Setelah beberapa lama, akhirnya penduduk setempat mulai sadar akan berbagai manfaat dari tanaman ini. Seiring berjalannya waktu, kapulaga sangat diminati di pasar dunia tentunya dengan harga yang menggiurkan. Oleh sebab itu, kapulaga mulai dibudidayakan di wilayah Sri Lanka, Thailand hingga Guatemala. Di Indonesia sendiri, budidaya kapulaga telah dilakukan sejak 1986, dan data Badan Pusat Statistik tahun 2022 menyebutkan bahwa luasan penanaman kapulaga telah mencapai ±6.100 ha yang tersebar dari Pulau Jawa hingga Sumatra. Dari luasan tersebut, Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat tertinggi. Budidaya kapulaga termasuk mudah dan tidak membutuhkan perawatan intensif. Ada dua jenis kapulaga yang dibudidayakan di Indonesia, lokal dan sabrang. Akan tetapi, petani lebih sering menanam kapulaga jenis lokal. Kapulaga lokal tumbuh baik di dataran rendah mulai dari 0–700 mdpl, sedangkan kapulaga sabrang lebih dikenal kapulaga dataran tinggi mulai dari 700–1.500 mdpl. Buah kapulaga bisa dipanen saat tanaman berumur 7 bulan dan bisa dilakukan beberapa kali dalam setahun hingga tanaman berumur 15 tahun. Hasil yang diperoleh pun cukup banyak, bisa mencapai 2–4 ton per hektar per tahun. Tentunya dalam kondisi lingkungan yang terpenuhi persyaratan tumbuhnya.
Mengingat khasiatnya bagi kesehatan yang tinggi, peluang bisnis kapulaga di Indonesia masih sangat besar. Selama beberapa tahun terakhir, Kementerian Pertanian Indonesia bahkan menargetkan ekspor kapulaga melalui program perluasan lahan. Sebagian besar kapulaga di ekspor ke beberapa negara di Timur Tengah, Mesir dan India. Total ekspor kapulaga Indonesia dari tahun ke tahun tercatat mengalami kenaikan hingga 15,05%. Rosihan Rosman (2020), peneliti kapulaga dari Balai Tanaman Rempah dan Obat, menyebutkan bahwa nilai ekspor kapulaga Indonesia telah mencapai 6.248 ton atau setara hampir 8 juta dollar AS. Bila dinominalkan ke dalam rupiah, menggiurkan sekali, bukan? Tak tanggung-tanggung, komoditas ini termasuk ke dalam 5 rempah termahal di dunia. Pada 16 Februari 2023, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian Indonesia, melepas kapulaga putih siap ekspor ke China sebanyak 25 ton. Ekspor tersebut dilakukan oleh CV Suwarna Indosemesta, Tangerang, Banten. Selain Cina, kapulaga jenis ini juga banyak diminti kawasan Eropa, terutama Belanda.

Dari segi harga, rempah jenis ini relatif lebih bernilai jual dibanding lainnya. Di beberapa daerah di Jawa Tengah (Purworejo) dan Yogyakarta (Samigaluh), misalnya, saat ini harga kapulaga basah mencapai Rp15.000/kg, sementara kapulaga kering Rp55.000–Rp60.000/kg. Harga ini dari tangan pertama, yakni dari petani langsung. Di beberapa lokapasar daring, harga kapulaga tertinggi bisa mencapai Rp10.000–Rp15.000/gram atau setara Rp200.000/kg. Sebagian lainnya telah dijual dalam bentuk bubuk kapulaga dengan kemasan per gram maupun per ons. Tentu saja bila sudah melalui proses pengolahan akan semakin meningkatkan nilai jual produk. Apalagi bila dilekatkan pada jenama (brand) tertentu. Bukankah menarik menjadikan kapulaga sebagai salah satu ide bisnis?
Produksi kapulaga memang tidak hanya ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga untuk keperluan ekspor. Melihat berbagai sumber dan informasi terkait harga serta volume ekspor Indonesia yang terus meningkat, tentu bukan hal yang buruk untuk mencoba memulai bisnis kapulaga. Peluangnya masih sangat terbuka lebar mengingat komoditas ini begitu diminati baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Harganya pun diprediksi akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Keberadaan kapulaga juga akan selalu dicari karena khasiatnya akan kesehatan yang tinggi. Ide bisnis dapat berupa produk mentah melalui penanaman, produk setengah jadi, maupun produk jadi. Untuk bisnis penanaman kapulaga bisa dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan petani, sehingga bisa memperbaiki minat petani dalam budidaya tanaman rempah, terutama kapulaga. Selamat mencoba!