Awalnya dia ngeledek soal PC all in one baru hasil ‘ngutang’ yang belakangan beberapa kali jadi bahan pamer di WA story, (kenapa harus disebut lengkap sih jenisnya, kagak sekalian spek-nya, gitu!, sorry, ya, ini masih masuk kategori pamer juga!)Tak disangka obrolan panjang lebar mulai dari soal kasak-kusuk ‘internal’ sampai soal hal ihwal tentang perlawanan terhadap hegemoni, mulai dari hegemoni bos, hegemoni administrasi hingga sampai ke satu visi yang dari dulu frekuensinya sama. Mungkin itu yang membuat kami bertemu, padahal jalur pertemanannya beda. Kegelisahan dan kejenuhan yang membuat kami akhirnya sepakat merintis apa yang belakang kemudian ia sebut dengan ‘ekosistem’.
Dalam ilmu biologi yang sependek saya pelajari, ekosistem itu terbangun secara alamiah, ia menjadi mata rantai dan kemudian menjadi siklus yang saling terhubung, eh, ini bukan dari cabang ilmu biologi, ding, tapi dari beragam campuran konstruksi pengetahuan. sesuatu yang berjalan secara alamiah, ia akan menemukan jalannya sendiri, alamiah di sini bukan sesuatu yang tanpa rencana atau tanpa pertimbangan rasional, melainkan ia berjalan dengan segala keadaan, kondisi dan semangat yang dibangun atas dasar ruh solidaritas keakraban dan jalinan pertemanan yang dibangun bukan atas dasar untung rugi dan asas manfaat. Gelombang frekuensi kita sama, meskipun kadang channel di dalam setiap gelombang yang dipancarkan tidak sama. Dalam situasi yang demikian, ekosistem perlahan kemudian terbentuk dan terjalin secara alamiah. (kalau anda sulit memahami paragraph ini, silahkan baca dua kali. Kalau masih juga belum paham, kening itu jedutkan!).
Dalam bilangan tahun yang masih ‘balita’ ekosistem ini sudah punya pondasi, setidaknya ia sementara kokoh untuk mengembangkan dirinya untuk tujuan agar menjadi ekosistem yang independen. Bayangkan ia melontarkan beberapa pernyataan out of the box begini:
“Mana ada yang nyangka 10 tahun lalu, akan ada profesi yang namanya YouTubers, tiktoker, gojeker”
“Cari lah mas mahasiswa kyk Riki lagi..biar di kader di markas”
“Webmaster kita perlunya..kalo bisa ada bakatnya desain kyk ‘kenalan kawan baru kita itu, yang baru lamaran’, lebih bagus”
“Itu paket komplit namanya, hahaha”, jawabku.
Ini tidak saya bocorin semua obrolan filosofis kami seperti obrolan soal informasi teman baru kami yang lamaran beberapa minggu lalu, dan sampai sekarang tidak ada pernyataan tertulis dan resmi naik tayang dari yang bersangkutan. Tapi okelah, namanya teman baru kenal, ya memang begitu, wajar saja, kan? Tidak perlu kita perpanjang. Toh, awak ini apalah, ya oma- ya oma, beda sama Sultan yang baru bergelar S.Hum ikut mengawal dari awal sampai akhir. Padahal dia bisa minta tolong kek satu orang perwakilan untuk memberikan informasi semacam undangan non formal kepada rekan-rekannya, eh, awak aja yang merasa rekannya, dia biasa aja. Kimaklah!.
Jadi, balik ke soal ekosistem yang independen tadi, aku kasi satu bocoran satu lagi ya, begini kata dia,
“WeRead dan MRC jadi core untuk bangun masa depan. Ya model kerja profesional kyk Nat Geo. Dan jurnal-jurnal kita, kita bikin ekosistem kyk Taylor and Francis group punya”
Gila, kan! Emang harus gila! Mau tahu apa lagi yang lebih gila dari itu, ini:
“Dia pulang gak mikir jadi ASN, bisa begok dia” hahahah,
Ini satir loh, kalau situ tersinggung berarti bener lah. Hahah
(Dia di sini merujuk salah satu suhu kami yang lagi studi di Humburg University, gini-gini kita punya amunisi coy!)
Ini masih pengantar menuju topik inti dari ekosistem yang jadi salah satu poin dalam cerita ini, gak usah panjang-panjang. Oh ya, ini tulisan pertama dari PC all in one yang di cicil selama 1 tahun itu loh. Udah ngutang, sombong! Dasar Syauky Tamvan!
Adooohh… pembicaraan tengah malam yang sengaja dibocorkan ??