Kemanapun kita berkelana, kita tidak pernah tahu bagaimana nasib yang akan menimpa kita. Kita tentu ingin menjadi orang yang tak pernah lepas dari perihal keberuntungan. Namun sayangnya, entah itu digariskan atau tidak, takdir selalu saja menjadi bayangan utama atas segalanya. Dan manusia hanya akan diselimuti oleh ribuan tanda tanya.
Malam itu rembulan tampak redup. Sesekali terdengar gaok gagak. Dan daun-daun cemara terlihat cukup lelah. Hijaunya sayup tak cerah, berbeda ketika mentari hadir dengan cahaya kemilaunya. Pada deretan pohon-pohon itu, ada orang-orang yang mengadukan nasib sampai sang fajar unjuk kebolehan. Ketika hari mulai tampak terang, di saat itu lah, kupu-kupu akan pulang untuk sekedar bersembunyi, dan menunggu malam datang kembali.
Wanita-wanita itu butuh uang. Butuh perubahan. Butuh pula menyambung tali kehidupan. Anak-anaknya mereka titipkan pada seorang ibu tua, dan jangan pernah tanya persoalan suami mereka. Karena sudah lama hubungan itu tak pernah ada. Cerai berai, hancur, dan tidak akan pernah terhubung lagi.
“Hai manis.” Goda Alex padanya.
Madam hanya menjawabnya dengan senyuman anggun. Dia adalah primadonanya di antara kupu-kupu yang lain. Banyak yang tertarik dengan dirinya. Namun sering kali berakhir cuma-cuma, sebab kisah petualangan tak pernah berlangsung lama. Palingan hanya hitungan menit saja.
Semua yang terjadi hanyalah kenikmatan sesaat. Cepat sekali ia dijatuhi hukuman, bahwa cairan kental berwarna putih itu membuncah keluar lebih awal. Jika hal itu terjadi, tentu para lelaki hanya akan takluk, dan hilang gairah untuk melanjutkan segalanya. Sejauh dia menjadi kupu-kupu, belum pernah Madam mendapati seorang lelaki yang perkasa, tahan lama, dan tidak goyah diterpa oleh badai kenikmatan bertubi-tubi.
“Berapa bayaranmu?” Tanya Alex.
“Tarifku agak sedikit berbeda dengan yang lainnya. Jika kau keluar lebih cepat, maka kau akan mendapatkan denda tiga kali lipat. Tidak mahal untuk biasanya. Sama seperti yang lainnya, hanya saja perbedaannya, aku memasang ongkos denda, bagi lelaki yang pura-pura tangguh.”
Jawaban Madam, membuat Alex semakin penasaran. Dia mengeluarkan seluruh uang yang ia bawa. Kira kira ada 100 gulden. Alex adalah seorang pengusaha ternama, tak susah baginya untuk mencari uang. Sebatas yang dia tahu, anak dan istrinya sudah kenyang, serta tertidur pulas dalam pelukan harta yang berlimpah.
Segera Madam menerima tawaran lelaki hidung belang itu. Namun, seperti yang sudah diprediksi sedari awal, petualangan itu tidak akan pernah berlangsung lama. Baru sampai lima menit, Alex merengek meminta pulang dan memberikan seluruh uangnya kepada Madam. Sesuai dengan kesepakatan mereka di muka, yang ditandai dengan perjanjian di atas perut.
Madam menangis terisak-isak. Tidak pernah-pernahnya dia mendapatkan kenikmatan dari seorang pelanggan yang mampu bertahan lama, berselancar menjelajah samudra. Selepas badai perceraian itu, semua yang datang hanya lah omong kosong, dan manis belaka saja.
Sudah lama sekali Madam tak pernah mendapatkan sentuhan kehangatan itu. Hampir setiap pelanggannya adalah lelaki lemah, keparat, dan terlalu mudah untuk menyerah. Mereka hanyalah lelaki yang serupa gulungan ombak, lalu surut menghilang. Tak meninggalkan apa-apa hanya duka dan pesakitan.
***
Menggigil. Angin barat mulai bertiup lembut. Penanda datangnya musim dingin . Kemungkinan tiga hari lagi, salju akan turun menyelimuti Rotonda.
Sejak kepergian Alex, tak berselang lama muncul seorang lelaki yang tak jelas tampangnya. Sebab lampu tak bersinar dengan cukup baik. Lampu pada bibir jalan Rotonda hanya berbalut cahaya remang, ditambah lagi dengan kabut serta lebatnya dedaunan pohon cemara, yang membuat raut wajah lelaki itu tampak samar-samar.
Lelaki itu memiliki badan yang tinggi lagi tegap. Dia menggunakan setelan jins dan jaket kulit tebal yang terbuat dari kulit beruang kutub, serta penutup kepala berjaring, yang seluruhnya berwarna gelap pekat. Dari seluruh bentuk setelan yang ia gunakan, tampaknya dia masih terlihat muda. Jika ditaksir, usianya tidak terpaut jauh lebih tua dari usia yang dimiliki oleh Madam, atau jangan-jangan mereka sebenarnya masih seumuran.
Tanpa basa-basi, lelaki itu langsung menunjuk Madam untuk menemaninya berselancar malam.
Ada yang berbeda…
Selama bertahun menjadi kupu-kupu, tidak pernah dia dapatkan kenikmatan. Baru kali ini, dia dapati lelaki yang perkasa dari pelanggan yang sebelumnya. Lelaki itu mengingatkan Madam pada mantan suaminya. Sebab, mampu bertahan lama, berselancar sampai pagi.
Betapa bahagianya Madam mendapatkan Kenikmatan itu, sejak lama dia telah berpuasa menantikan yang demikian itu. Bagaimana tidak, lelaki itu mampu menembus batas biasa pelanggan sebelumnya. Dia juga berkali-kali membuat Madam muntah, hingga menggigil kepuasan. Tak sampai di situ saja, lelaki itu juga memberikan imbalan yang besar, dengan taksiran sesuai kebutuhan hidup Madam dan anaknya beberapa tahun sebelumnya. Padahal sesuai dengan syarat, ia hanya cukup membayar pas, tak perlu denda, apalagi melebihinya.
Setelah segalanya selesai. Lelaki itu pergi tanpa mengucap sepatah kata pun. Dia hanya tersenyum pada dedaunan dan ranting-ranting pohon cemara.
“Oh Tuhan! Senyumannya sangat mirip dengan mantan suamimu Madam, aku melihatnya dengan jelas, ” ucap Clara padanya.
Madam tidak ingin menjawab. Setelah semua cerita ia tutup pada jam 04.00 pagi. Sebelum itu, 10 tahun yang lalu. Mantan suami Madam tewas bunuh diri, akibat kata “cerai” terus menerus bergema di otak dan telinganya.