Rembulan masih malu-malu menampakkan wujudnya. Sedang bintang, memilih untuk tidak keluar. Sang awan hanya nyaman besenang-senang dengan angin malam. Tampak, tirai-tirai gorden terjuntai pada setiap perumahan warga Mandala. Tak luput, jendela dan pintu rumah mereka dikunci demi menyelematkan seluruh barang-barangnya agar terhindar dari kemasukan maling.
Syauqi masih terus menikmati secangkir kopi bersama buku bacaannya. Buku yang ia curi dari seorang pengelana, yang pura-pura menjadi mantan aktivis. Ia tahu, seseorang itu tidak pantas punya buku bagus, karena ia adalah pengelana yang tak tahu malu. Kampanye sana sini untuk mencari suaka hati. Pernah sewaktu-waktu, suaranya terdengar sampai pada planet Namek. Suara itu sangat menganggu. Dan nyaris membuat Pikolo turun, untuk meledakkan seluruh organ tubuh mantan aktivis itu.
Peristiwa itu tidak berlanjut. Pikolo memilih mengurungkan niatnya, disebabkan segan, dan enggan berhadapan langsung dengan Syauqi. Mantan aktivis itu tinggal di Bumi, dan tetap saja, ia seorang “mantan”, maka Syauqi yang bertanggungjawab atas segala isi Bumi beserta mantan-mantannya. Syauqi adalah perisai Bumi dan semuanya harus tahu itu. Ia adalah ketua di atas segala ketua.
Kemarahan Syauqi tentunya seratus kali lipat lebih mengerikan dibanding dengan amarah Pikolo. Bahkan iblis Boo saja, hanyalah sebatas butiran debu. Hanya seorang Son Goku yang bisa mengimbanginya. Walaupun, pada akhir pertarungan, Syauqi tetap keluar sebagai pemenang. Ia adalah seorang yang terbaik dari segala yang terbaik.
Tanpa terasa malam semakin larut. Dan Syauqi masih terus menikmati tulisan dari buku hasil curiannya yang usianya tidak sampai seumur jagung. tiba-tiba teringat pula ia pada kenangan kenangan masa lalunya. Magnet masa lalu itu datang disebabkan oleh poto yang tertinggal pada halaman terakhir buku mantan. Poto saat ia dan salah seorang mantannya menikmati sepotong J.CO dengan senyuman yang tipis.
Kenangan mantan adalah tembok besar yang selalu saja menjadi penghalang dirinya untuk bisa bergerak maju ke depan. Sulit baginya untuk melangkah bersama dengan seseorang yang kelak mau menggandeng tangannya, berjalan beriringan, menembus batas-batas kota Medan yang tiada hari tanpa absen dari kemacetan dan bunyi kentut klakson.
Ia ingin sekali bertemu kekasih. Menikmati aroma polusi di antara sirnanya sang fajar. Wajah mantan itu masih diingatnya lekat-lekat. Seperti kertas origami yang menempel kuat bertahun-tahun pada buku gambar, akibat ditempel dengan menggunakan lem setan.
Syauqi tidak berharap banyak. Ia ingin melupakan semuanya. Melupakan mantan di dalam kantong kresek kenangan.